REZIM KOREA UTARA

Kisah Penyiksaan Mantan Pengawal Kim Jong-il

CNN Indonesia
Selasa, 18 Nov 2014 13:17 WIB
Lee Young-guk lima tahun mendekam di penjara politik Korea Utara, mengalami penyiksaan parah yang membutakan matanya dan merontokkan gigi-giginya.
Penyiksaan dan pembunuhan kerap terjadi di penjara politik di Korea Utara, salah satu korbannya adalah Lee Young-guk mantan pengawal Kim Jong-il yang tertangkap saat kabur ke Tiongkok. (Reuters/Jacky Chen)
Seoul, CNN Indonesia -- Bekas luka itu jelas menyiratkan sejarah kelam Lee Young-guk, mantan pengawal Kim Jong-il, pemimpin Korea Utara.

Puluhan bekas sayatan malang melintang di betis Lee, yang menurutnya akibat penyiksaan yang rutin dialaminya saat mendekam di penjara politik Korut.

Giginya juga hanya tinggal lima atau enam yang asli, sisanya palsu, rontok karena dipukuli berkali-kali di wajah dengan popor senapan. Pemukulan ini juga membuat mata kirinya buta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lee telah mengawal Kim selama lebih dari 10 tahun, bahkan sebelum Kim menggantikan ayahnya Kim Il Sung pada tahun 1994.

Loyalitas Lee tergoyahkan saat bepergian ke luar Korea Utara. Dia sadar, majikannya saat itu adalah seorang diktator tulen, jahat dan tidak berperikemanusiaan.

Tengkorak hidup

Dia tertangkap di Tiongkok saat mencoba kabur ke Korea Selatan dan dijebloskan ke penjara politik Yodok yang brutal.

Pemandangan pertama yang didapatinya di dalam Yodok, adalah orang-orang yang kurus kering, tinggal tulang berbalut kulit, persis seperti tengkorak hidup.

Menurut Lee, tujuan utama keberadaan penjara itu adalah untuk membunuh para tahanan, diwujudkan dalam kelaparan dan penyiksaan yang rutin dilakukan.

"Mereka hampir tidak pernah memberi saya makan. Namun yang paling buruk adalah mereka terus memukuli saya, dan mengeksekusi mati satu orang setiap minggu, dan kami dipaksa melihatnya. Kau harus bermental baja, karena peristiwa ini selalu terulang," kata Lee.

Selama lima tahun penahanannya, Lee mengaku kehilangan hampir separuh bobot tubuhnya.

Dia mengatakan, tahanan di Yodok dalam keadaan payah karena kurang makanan, mereka juga tidak boleh mengangkat kepala jika tidak diperintahkan petugas.

Jika mereka tidak bisa menyelesaikan tugas dalam sehari, maka tidak ada makanan.

"Kau akan kelaparan dan perutmu akan membesar, dan kaki serta wajahmu akan menjadi seperti tengkorak. Tapi tetap saja mereka tidak memberimu makan. Lalu kita akan mati," ujar Lee.

Pengalamannya mengangkat mayat-mayat para tahanan sangat mengerikan. Saat diangkat, kata Lee, cairan tubuh mereka masih keluar, dikubur di pekuburan massal yang mereka sebut "taman bunga".

"Ada ribuan, bahkan puluhan ribu, jasad dikubur di Taman Bunga Yodok," kata Lee.

Resolusi PBB

Pekan ini, anggota komisi tiga PBB akan melakukan pemungutan suara untuk merancang resolusi, yang diajukan oleh Jepang dan Eropa, untuk menyeret Korea Utara ke Mahkamah Pidana Internasional, ICC, karena kejahatan terhadap kemanusiaan.

Jika diloloskan, maka resolusi akan melalui voting di Sidang Umum pada Desember.

Korea Utara sendiri telah berulangkali membantah keberadaan penjara politik dan pelanggaran HAM di negara mereka.

Awal tahun ini, pemerintah Korut mengatakan bahwa kecaman Komisi HAM PBB terhadap mereka adalah upaya untuk menjatuhkan rezim komunis mereka.

Lee, seperti mantan tahanan politik Korut lainnya, tetap mendesak lembaga internasional mengadili Korut atas kejahatan terhadap rakyatnya.

Dia mengaku telah bertemu Kim Jong Un beberapa kali saat mengawal ayahnya. Saat itu Kim muda berusia antara 6-7 tahun.

"Kalian harus menyeret Kim Jong Un ke ICC, dengan cara itu tempat seperti Yodok akan hilang," tegas Lee.

Sumber: CNN
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER