Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Luar Negeri Indonesia belum bisa menyimpulkan apakah 16 WNI yang hilang di Turki bergabung dengan kelompok radikal, salah satunya ISIS. Hal ini didasari oleh beberapa fakta yang tidak menunjukkan kecenderungan para WNI tersebut hilang.
"Kami belum bisa
jump up kepada konklusi mereka terkait radikalisme ISIS, kami belum bisa sampai ke sana," kata Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia di Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, berbicara di Jakarta, Selasa (10/3).
Fakta-fakta soal kasus ini, lanjut Iqbal, juga belum menunjukkan bahwa ke-16 WNI hilang di Istanbul. Sejauh ini bukti yang terkonfirmasi bahwa mereka memang memilih untuk tidak pulang ke Indonesia dan tetap berada di Turki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka memang memilih untuk tidak pulang ke Indonesia. Ini bukan kasus kehilangan, buktinya adalah ketika mereka dihubungi
tour leader mereka bilang 'jika ingin pulang, silahkan kami baik-baik saja di sini'," kata Iqbal di Kemlu, Selasa (10/3).
Fakta lainnya, lanjut dia, adalah sampai hari ini Kemlu belum menerima pengaduan kehilangan dari keluarga. "Jika tidak ada pengaduan, kami tidak bisa menindaklanjuti," ujar Iqbal.
Selain itu, hingga saat ini tidak ada aduan juga dari keluarga ke pihak perusahaan penyelenggara wisata, yaitu Smailing Tour.
Sedangkan soal dugaan bergabung dengan ISIS, Kemlu masih menunggu laporan dari kolega mereka di Turki. "Mengenai assesment akhir apakah mereka terlibat ISIS, kita akan tunggu penilaian dari Turki," kata Iqbal. Informasi dari Turki sendiri, lanjut Iqbal, masih belum menemukan ke-16 WNI berdasarkan pengawasan di seluruh kamera CCTV di Istanbul.
Ke-16 WNI tersebut datang ke Turki sebagai wisatawan yang menggunakan jasa Smailing Tour bersama 25 orang lainnya pada 24 Februari lalu. Adapun, ke-16 orang ini terdiri dari tiga keluarga besar serta dua orang yang tidak mempunyai hubungan keluarga.
Setelah tiba di Istanbul, mereka memisahkan diri, mengaku ada urusan keluarga dan akan kembali pada 26 Februari. Seperti dijanjikan, pada 26 Februari ketua rombongan menelepon salah satu dari 16 orang tersebut, namun mereka mengatakan urusan belum selesai dan nanti akan bergabung di bandara saat pulang.
"Kalau kalian ingin pulang silakan pulang, kami tidak akan ikut,
we are fine," ujar Iqbal, menirukan bunyi SMS salah satu WNI yang hilang di Turki.