Jakarta, CNN Indonesia -- Meskipun disanggah oleh pihak keluarga, berita terungkapnya identitas Jihadi John, algojo dengan logat Inggris kental yang kerap hadir dalam video pemenggalan ISIS, adalah Mohammed Emwazi telah beredar luas. Menguatkan berita tersebut, seorang pembelot ISIS mengaku pernah menyaksikan Emwazi memenggal sandera asal Jepang, Kenji Goto.
"Saat ia membunuh Kenji Goto, saya menyaksikannya langsung dari jarak jauh," ujar Saleh, bukan nama sebenarnya, kepada Sky News pada Selasa (10/3), dari Turki, tempat ia bersembunyi setelah kabur dari ISIS.
Melanjutkan kisahnya, Saleh bertutur, "Setelah ia membunuhnya (Kenji Goto), tiga atau empat orang datang dan mengurus jasadnya dan menaruhnya di mobil. Setelah itu, John pergi ke jalan lain."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Saleh, Emwazi adalah pemimpin penjagalan sandera asing ISIS. Emwazi sangat dihormati dan kerap memberikan mandat bagi prajurit lain.
"Bos besar ada di sana. Seorang Turki mengatakan, 'Taruh kamera di sana, ubah lokasi ke sana,' tapi John adalah bos besarnya. Setiap saat, setiap saat mengatakan kepada semua orang, 'cepat, cepat, cepat, kita harus selesaikan ini.' Jadi hormati dia. Hanya dia yang memerintah, yang lain melakukan," tutur Saleh.
Saleh melihat Emwazi sangat dihormati di ISIS karena kemauannya menghabiskan nyawa orang asing.
"Mungkin karena ia menggunakan pisau. Saya tidak mengerti mengapa ia sangat kuat. Orang lain bisa membunuh dan orang akan menghormatinya. Semua orang Suriah (di ISIS) bisa membunuh, tapi orang asing (yang ditakuti) hanya John," katanya.
DikelabuiDalam beberapa video, para sandera terlihat sangat tenang. Saleh membeberkan bahwa sandera asing dikelabui oleh ISIS yang mengatakan bahwa pembunuhan ini hanya sandiwara.
"Mereka akan berkata kepada saya, 'Katakan kepada mereka, tidak masalah, hanya video. Kami tidak akan membunuhmu. Kami ingin pemerintah kalian berhenti menyerang Suriah. Kami tidak memiliki masalah dengan kalian. Kalian hanya tamu kami,'" ungkap Saleh.
Namun, Saleh sudah memahami betul apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Jadi mereka tidak khawatir. Saya selalu berkata kepada mereka, 'Jangan khawatir, tidak masalah. Tidak ada yang berbahaya bagimu, tapi pada akhirnya saya yakin (mereka akan mati)," tuturnya.
Emwazi sendiri tumbuh di London dan lulus sebagai sarjana program komputer dari University of Westminster sebelum akhirnya hijrah ke Suriah pada 2013 untuk bergabung dengan ISIS.
MenyangkalAyah Emwazi, Jassem Emwazi, menyangkal bahwa anaknya adalah Jihadi John. Jassem mengatakan tidak ada bukti pasti bahwa Jihadi John adalah putranya.
"Tidak ada yang membuktikan apa yang telah diberitakan di media, terutama melalui video dan potongan adegan, bahwa yang diduga adalah anak saya, Mohammed," ujar Jassem kepada harian Kuwait, al Qabas, seperti dikutip CNN, Kamis (5/3).
Jassem mengatakan bahwa berita yang beredar hanya rumor salah. Untuk mencegah terulangnya pemberitaan yang keliru, Jassem menyewa jasa pengacara asal Kuwait, Saken Al-Hashash.
Memberikan keterangan lebih lanjut kepada CNN, Al-Hashash mengatakan bahwa ia mewakili Jassem akan melayangkan tuntutan bagi siapapun yang mengklaim Emwazi adalah Jihadi John. Menurut, Al-Hashash, kliennya adalah korban fitnah.
Pengakuan ini bertolak belakang dengan keterangan istrinya, Ghania Emwazi, yang mengaku kepada penyidik bahwa ia langsung mengetahui Jihadi John adalah anaknya saat mendengar suaranya, walaupun wajahnya tertutupi balaclava.
Ghania langsung berteriak "itu putraku" saat dia melihat pria itu dalam rekaman video yang menampilkan James Foley, sesaat sebelum memenggal kepala wartawan asal Amerika Serikat tersebut. Namun, Ghania bungkam dan tidak melaporkannya pada aparat.
Diberitakan Telegraph, Senin (2/1), hal ini diketahui dalam interogasi penyidik di Kuwait terhadap Jassem dan saudara laki-laki Mohammed, Emqazi, sejak Minggu kemarin.
"Ibunya mengenali suaranya dan dia berteriak 'itu putraku' saat dia berbicara sebelum memenggal sandera pertamam AS. Saat video itu diputar lagi, ayahnya yakin bahwa itu anaknya," kata seorang penyidik.
Menurut kerabat Emwazi, Jassem marah sekaligus sedih atas apa yang terjadi pada putranya. "Saya menunggu hari demi hari untuk mendengar kematiannya," kata Jassem.
(den)