Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Inggris akan menggelar referendum untuk menentukan keanggotaannya di Uni Eropa. Referendum tersebut akan digelar dua tahun mendatang.
Rencana referendum ini diumumkan pada Kamis (28/5), sembari pemerintahan pimpinan Perdana Menteri David Cameron bersiap untuk menerbitkan undang-undang yang menyatakan bahwa referendum akan diadakan sebelum akhir 2017.
Setelah memenangi pemilu dan terpilih kembali sebagai perdana menteri pada Kamis (7/5) lalu, Cameron berjanji untuk mengembalikan keharmonisan hubungan Uni Eropa dan Inggris, menekankan kembali pentingnya Uni Eropa, sebelum mengizinkan penduduk Inggris memilih untuk tetap menjadi anggota Uni Eropa atau keluar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cameron sendiri mengaku dia ingin Inggris tetap berada di dalam Uni Eropa yang telah bereformasi. Namun, Cameron menyerahkan segala keputusan itu kepada penduduk Inggris melalui referendum.
Ini bukan kali pertama Inggris menggelar referendum untuk menentukan nasibnya. Tahun lalu, Inggris menggelar referendum bagi warga Skotlandia untuk memilih apakah tetap bergabung dengan Inggris.
Saat itu, kampanye pro-serikat dinilai terlalu negatif, karena pemilih cenderung memilih 'Tidak' pada pertanyaan yang tertera pada kertas suara, "Haruskah Skotlandia menjadi negara yang independen?"
Namun pada referendum Uni Eropa, penduduk Inggris akan diminta untuk memilih 'Ya' atau 'Tidak' atas pertanyaan yang tertera pada kertas suara, "Haruskah Inggris tetap menjadi anggota Uni Eropa?"
Pertanyaan ini dianggap menguntungkan para pendukung yang menginginkan Inggris tetap berada di Uni Eropa, karena mereka akan memilih 'Ya'. Hasilnya, akan berbeda misalkan pertanyaan dibuat menjadi "Haruskah Inggris melepaskan keanggotaan Uni Eropa?"
"Bahwa Cameron memutuskan pendukung pro-Uni Eropa memilih 'Ya' menunjukkan negosiasi politik yang memihak. Dia telah menentukan jawaban yang ingin dihasilkan," kata Nigel Farage, pemimpin Partai Kemerdekaan Inggris Raya, UKIP, dikutip dari Reuters, Kamis (28/5).
Cameron kini memulai tur ke sejumlah ibu kota di Eropa selama dua hari untuk menggalang dukungan bagi rencana reformasi yang dia kampanyekan.
Cameron akan bertemu dengan Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte di Den Haag dan Presiden Perancis, Francois Hollande di Paris pada Kamis (28/5) sebelum bertolak ke Warsawa dan Berlin pada Jumat (29/5) untuk berdiskusi dengan Perdana Menteri Polandia, Ewa Kopacz dan Kanselir Jerman, Angela Merkel.
Senin (25/5) lalu, pemerintah Inggris memutuskan bahwa sebagian besar penduduk Uni Eropa yang tinggal di Inggris tidak dapat mengikuti referendum tersebut. Pemilihan suara ini juga tertutup bagi remaja berusia 16 dan 17 tahun, yang sebelumnya dapat berpartisipasi dalam referendum Skotlandia.
(ama/stu)