Kabul, CNN Indonesia -- Afghanistan melarang penjualan senjata mainan Kalashnikov dan senjata tiruan lainnya setelah lebih dari 100 orang terluka selama perayaan Idul Fitri di sana.
Diberitakan The Guardian, Rabu (22/7), Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan budaya kekerasan di dalam negara yang sering dilanda perang tersebut.
Anak kecil memikul senjata mainan, menembakkan peluru karet dan plastik adalah pemandangan yang sudah biasa selama perayaan Idul Fitri. Penjualan senjata mainan selalu melonjak setiap tahun di perayaan Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Petugas Keamanan Afghanistan, lebih dari 100 anak-anak dan remaja disana mengalami cedera mata akibat tertembak peluru mainan selama tiga hari perayaan Idul Fitri yang berakhir pada Minggu (19/7).
Menteri Dalam negeri Afghanistan Noor-ul Haq Uloomi telah memerintahkan polisi untuk menyita semua senjata mainan yang dapat mengakibatkan cedera dan kerusakan fisik.
Pemerintahan Afghanistan ingin mengurangi pengaruh senjata mainan terhadap pikiran anak-anak yang mudah terpengaruh. Pengaruh lainnya juga timbul dari game peperangan dan kekerasan dewasa.
Biasanya, para sesepuh atau orang tua memberikan hadiah berupa uang kepada anak-anak selama Idul Fitri, yang kemudian digunakan untuk membeli mainan senjata AK-47, pistol dan senapan plastik.
Larangan tersebut mendapatkan respon yang baik di sosial media, bahkan, beberapa warga juga mengusulkan agar pemerintah melakukan hal yang sama terhadap senjata asli.
Jika larangan ini secara ketat diberlakukan, maka hal tersebut bisa memberikan dampak terhadap bisnis mainan di sana.
"Ini adalah langkah baik yang akan menghentikan anak-anak menggunakan senjata asli ketika mereka beranjak dewasa. Militansi dan peperangan telah mempromosikan budaya kekerasan brutal dalam masyarakat kita yang berdampak pada anak-anak," tulis salah seorang warga Afghanistan, Abdul Shaheed, di Facebook-nya.
(den)