Rabat, CNN Indonesia -- Maroko melarang warganya, terutama anak muda, untuk pergi ke Tunisia karena khawatir dengan kelompok pejihad yang berkembang di sana.
Dilaporkan The Times, pemerintah Maroko melarang seluruh organisasi pemuda yang berlibur musim panas untuk mengunjungi Tunisia. Mereka takut beberapa pemuda dapat terpengaruh dan menyeberangi perbatasan Libya untuk dilatih bersama kelompok pejihad di sana.
Menurut pemberitaan media lokal, Kementerian Pemuda dan Olahraga Maroko memberi label 'alasan keamanan' atas larangan yang dikeluarkan. Mereka mengatakan larangan ini telah disampaikan kepada publik atas permintaan pemerintah Tunisia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diperkirakan sekitar 1.600 warga Maroko pergi ke Suriah untuk bergabung bersama kelompok ekstremis radikal.
Pemerintah Maroko, dipimpin oleh Raja Mohammed VI, mengatakan pihaknya telah berjaga-jaga dalam memerangi kelompok radikal.
Pada Februari, jaksa penuntut Maroko mengatakan telah mendakwa tersangka anggota radikal dua kali lipat lebih banyak pada 2014 dibanding tahun sebelumnya.
Mereka mengatakan bahwa konflik di Irak dan Suriah menjadi alasan paling mungkin untuk peningkatan kewaspadaan.
Pada 4 Juli lalu, pemerintah Tunisia mendeklarasikan status darurat sipil.
Sementara itu, Kantor Luar Negeri Inggris mengeluarkan peringatan teror bagi warganya yang berencana berlibur di Maroko. Mereka mengatakan bahwa banyak warga Maroko yang telah bergabung bersama ISIS.
Peristiwa penembakan pada 26 Juni lalu di kawasan wisata Tunisia dan menewaskan 38 orang, membuat sejumlah negara mengeluarkan larangan atau peringatan berwisata bagi warganya yang ingin ke sana.
Kantor Luar Negeri Inggris juga melarang warganya mengunjungi Tunisia, kecuali untuk kepentingan bisnis.
(den)