Jakarta, CNN Indonesia -- Aktor penganut paham Sikh, Waris Ahluwalia, terpaksa menunda kepulangannya dari Meksiko ke New York, Amerika Serikat, karena petugas keamanan bandara tak mengizinkannya memasuki pesawat lantaran ia menolak membuka penutup kepalanya saat proses pemeriksaan berlangsung.
Ahluwalia mengatakan bahwa staf Aeromexico dan petugas pemindai menyuruhnya membeli tiket baru dari maskapai lainnya karena menolak membuka penutup kepalanya yang biasa disebut turban.
Ahluwalia menolak karena menurutnya, turban merupakan bagian dari kepercayaannya.
"Saya kesal. Saya takut. Saya gemetar. Saya tidak dapat berbicara. Lalu saya tersadar, jelas, mereka tidak dilatih dengan baik. Saya tahu bahwa berteriak tidak akan berpengaruh apa-apa. Ini semua masalah edukasi dan aturan," ujar Ahluwalia kepada
CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aktor yang berlakon dalam film
The Grand Budapest Hotel ini lantas mengunggah kecamannya melalui akun
Instagram @houseofwaris.
Setelah sebelumnya berbagi serangkaian foto mengenai pepaya dan Frida Kahlo, Ahluwalia akhirnya mengunggah fotonya dengan potongan
boarding pass Aeromexico.
"Pagi ini di Meksiko, saya tidak bisa menaiki penerbangan @aeromexico ke New York karena turban saya," tulis Ahluwalia dalam keterangan foto tersebut.
Setelah itu, Ahluwalia yang juga merupakan desainer perhiasan mengunggah foto dengan keterangan bahwa ia kemungkinan terlambat menghadiri New York Fashion Week akibat keputusan Aeromexico.
"Jangan mulai acaranya tanpa saya," tulisnya.
Juru bicara dari Aeromexico, Amilcar Olivares, mengatakan bahwa Ahluwalia hanya diminta untuk melakukan pemindaian dan inspeksi sebelum menaiki pesawat. Segala proses rumit tersebut memang sesuai dengan protokol Badan Keamanan Transportasi (TSA).
"Kami sudah menawarkan penumpang dengan dua alternatif untuk mencapai tujuannya secepat mungkin. Kami meminta maaf atas ketidaknyamanan akibat insiden ini," ujar Olivares.
Ahluwalia memang mengakui bahwa ia diberi tawaran penerbangan selanjutnya. Namun, ia menolak masuk pesawat hingga Aeromexico memberikan permintaan maaf publik.
Pria kelahiran empat dekade silam ini mengatakan bahwa ia ingin memberikan pelajaran bagi dunia mengenai diskriminasi dan toleransi beragama, terutama dengan aliran yang dianutnya.
Menurut Ahluwalia, pria Sikh sudah mengenakan turban sejak 1699, ketika guru terakhir mereka mewariskan identitas unik bagi para penganut ajaran tersebut melalui lima pasal kehidupan.
Namun, beberapa orang Sikh tak lagi menggunakan turban dan memanjangkan janggut karena mereka sering kali disangka Muslim dan menjadi target operasi setelah tragedi 11 September.
Mereka yang memakai turban, kata Ahluwalia, seharusnya tidak didiskriminasi. Menurut Ahluwalia, pelancong seharusnya dibawa ke area privat jika memang harus disuruh membuka turban.
Ia juga meminta maskapai tersebut untuk melatih para personel keamanannya untuk mengenali penganut Sikh dan melatih cara memindai penumpang dengan penutup kepala keagamaan.
Insiden ini menuai banyak kecaman dari industri tata busana. Ketua Dewan Desainer Tata Busana Amerika (CFDA), Steven Kolb, pun melontarkan kecamannya melalui jejaring sosial.
"Dia seharusnya ada di barisan depan Fashion Week dan kami tak dapat bersamanya saat ini sangat tidak adil baginya. Kami mendukung keputusannya untuk memberikan momen pelajaran dan saya sangat menghormatinya," katanya.
Namun, tanggapan berbeda juga dilontarkan oleh masyarakat lainnya melalui berbagai jejaring sosial.
Dalam akun
Facebook milik
CNN, seorang bernama Wahaz Ahmed mengomentari berita ini dengan berkata, "Ia bukan dilarang karena memakai turban. Ia diusir karena menolak melepaskan [turban] saat pemeriksaan keamanan. Pemeriksaan keamanan berlaku untuk semua orang dan kita harus mengikuti aturan ini tanpa dikaitkan dengan agama."
Komentar tersebut kemudian ditanggapi oleh puluhan orang lain. Salah satunyua adalah Simon To yang berkata, "Semua orang harus melepaskan jaket, topi, sepati, dan lain-lain. Mengapa ia berpikir bahwa ia harus diperlakukan secara spesial?"
(stu)