Siswa SD di Singapura Bunuh Diri Karena Nilai Buruk

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Sabtu, 22 Okt 2016 09:19 WIB
Seorang bocah kelas 5 SD melompat dari lantai 17 apartemennya setelah mendapatkan nilai buruk untuk beberapa mata pelajaran di sekolah.
Ilustrasi (Reuters/Edgar Su)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Singapura pekan ini akhirnya memutuskan kasus kematian seorang bocah SD pada Mei lalu adalah karena bunuh diri. Bocah berusia 11 tahun itu lompat dari lantai 17 apartemennya lantaran takut dimarahi karena nilai ujiannya yang buruk.

Diberitakan Strait Times, ini adalah kali pertama polisi menyatakan kematian bocah yang dijuluki "Master H" itu akibat bunuh diri. Dalam penyelidikan diketahui siswa kelas lima SD ini tidak pernah mendapatkan nilai buruk, namun ujian kenaikan kelas yang sulit membuat semuanya berubah.

Pada 12 Mei, Master H mendapatkan hasil ujian Bahasa Inggris, Matematika, Bahasa China, dan China tingkat lanjut. Dari keempat ujian itu, dia mendapatkan nilai masing-masing 50, 20,5, 53,8 dan 12 dari total nilai 100.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanggal 14 Mei, ibunya memarahinya dan menyebut nilai ujiannya "rata-rata", padahal di tahun sebelumnya dia mendapatkan nilai 70 untuk mata pelajaran tersebut. Keesokan harinya, dia sempat bermain layangan dengan ayahnya.

Pada 16 Mei, bocah itu kembali mendapat nilai buruk untuk pelajaran ilmu pengetahuan alam, yaitu 57,5. Ibunya mengaku selalu memukul anaknya "pelan" dengan cambuk di telapak tangannya setiap mendapat nilai kurang dari 70. Bocah itu menangis, tapi tidak bersedih terlalu lama.

Dua hari kemudian, Master H ditemukan di aspal apartemen dengan luka parah pada kepala, melompat dari jendela kamarnya di lantai 17. Mayatnya ditemukan oleh orang tuanya setelah pintu kamarnya dibuka dengan kunci cadangan.

Menurut gurunya, Master H tidak memiliki masalah kedisiplinan. Namun setelah mendapat nilai buruk, dia terlihat sering marah dan suatu kali melempar botol air minum ke arah kawannya. Bocah itu sempat mencoba membuat nilai palsu agar tidak dimarahi orang tuanya.

Penyidik meminta orang tua lebih lembut kepada anak yang menghadapi kesulitan dalam belajar. "Orang tua dan pendidik harus memastikan ada di samping anak-anak untuk membantu mereka setiap mengalami kesulitan," kata penyidik. (den)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER