Pakistan Tahan Otak Serangan Mumbai, Pendukung Protes

Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 31 Jan 2017 12:49 WIB
Polisi Pakistan menahan tersangka otak serangan mematikan yang hampir membuat negara tersebut berperang dengan India, 2008 silam.
Tokoh Islamis Pakistan, Hafiz Saeed, ditangkap polisi karena diduga terlibat serangan Mumbai. (REUTERS/Stringer)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Pakistan menahan terduga otak serangan mematikan yang terjadi 2008 lalu di Mumbai. Pria bernama Hafiz Saeed itu kini ditahan di rumahnya di Lahore.

Polisi memasang barikade di sekitar rumah untuk mengantisipasi protes dari pendukung tokoh Islamis itu, Selasa (31/1).

Saeed yang merupakan pendiri kelompok militan Lashkar-e-Taiba (LeT) yang dituduh India sebagai dalang pertumpahan darah Mumbai ditangkap pada Senin malam (30/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa saat sebelum fajar, keesokan harinya, dia dibawa polisi ke rumahnya, di mana juru kamera Reuters mensterilkan perimeter.

Mereka kemudian melarang media dari TKP setelah sekitar 100 pendukung Saeed mulai meneriakkan protes.

Penahanan Saeed bisa mendinginkan hubungan antara Pakistan dan India, meski peristiwa ini belum direspons oleh New Delhi.

Serangan Mumbai hampir membawa kedua negara ke dalam peperangan. Saat itu, 10 orang bersenjata membunuh 166 orang di dua hotel mewah, pusat Yahudi dan stasiun kereta.

Saeed menampik memerintahkan serangan itu dan enggan dikaitkan dengan LeT, sementara memimpin lembaga amalnya, Jamaat-ud-Dawa (JuD).

Para pendukung Saeed menuduh pemerintah melakukan tindakan ini atas permintaan India dan Amerika Serikat yang memberikan imbalan $10 juta untuk informasi terkait sang pemimpin lembaga.

"Pemerintah tidak bisa menerima tekanan," kata juru bicara JuD, Nadeem Awan.

Belum jelas mengapa pemerintah Pakistan baru bertindak sekarang. Seorang pejabat senior di Kementerian Pertahanan mengatakan Islamabat tidak pernah dihubungi oleh pemerintahan Donald Trump namun merasakan tekanan dari AS.

"Trump mengambil langkah keras melawan negara-negara Muslim, juga ada pembicaraan terbuka soal langkah melawan Pakistan. Jadi iya, itu salah satu pertimbangan," ujarnya.

Sejumlah pejabat lain mengatakan kampanye diplomatis yang lebih luas juga telah merugikan Pakistan. Gerakan yang didorong oleh India itu bahkan membuat Islamabad mendapatkan tekanan dari China, sekutunya sejak lama.

Kementerian Luar Negeri India belum memberikan komentar terkait hal ini.

(aal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER