Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian menyatakan siap ikut serta kembali dalam perang berdarah melawan narkotik di Filipina, sebulan setelah Presiden Rodrigo Duterte menarik institusi yang dia sebut "korup sampai ke akar" itu dari operasi.
Kepala Kepolisian, Ronald dela Rosa, Senin (27/2), mengatakan peredaran narkotik mulai kembali terjadi di jalanan dan polisi lebih baik segera kembali ditugaskan ke lapangan. Jika tidak, kemajuan yang selama ini telah dicapai akan sia-sia.
"Kami siap kembali berperang jika diberi perintah oleh Presiden," kata dela Rosa sebagaimana dikutip
Reuters. "Semakin lama kami tidak dilibatkan, situasi semakin buruk, masalah akan kembali. Jadi, lebih cepat kami kembali, lebih baik."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski telah mencela polisi, Duterte mengatakan dirinya mungkin akan memperbolehkan mereka untuk kembali terlibat dalam operasi, mengingat ada peningkatan penjualan narkotik di jalanan sebesar 20 persen sejak polisi ditarik.
"Saya akan menyerahkan kepada Kepolisian Nasional Filipina untuk memutuskan," ujarnya. "Mereka harus berhasil."
Dela Rosa mengatakan pihaknya telah berdiskusi dengan gubernur, wali kota dan pejabat desa yang, menurutnya, menginginkan polisi kembali menjalani kampanye anti-narkotik karena bandar dan pengguna mulai kembali ke jalanan.
Duterte menarik polisi dari operasi bulan lalu, menyusul kasus pembunuhan seorang pengusaha Korea Selatan oleh seorang polisi korup. Sejak saat itu, menurut sejumlah pengguna dan penjual narkotik di Manila, barang haram kembali beredar.
Lebih dari 80 ribu orang tewas dalam perang narkotik yang berlangsung selama delapan bulan sejak Duterte menjabat, delapan bulan lalu. Sekitar 25 ribu di antaranya tewas dalam operasi resmi kepolisian.
Pemerhati HAM meyakini puluhan ribu korban lainnya dibunuh di luar hukum, atas kerja sama dengan polisi. Pemerintah Duterte menampik keras tudingan ini.
Sejumlah wartawan yang bekerja meliput kejahatan di malam hari menyebut pembunuhan itu berlanjut, meski dalam jumlah yang lebih sedikit, sejak polisi ditarik dari operasi.
Duterte menunda sementara operasi polisi di akhir Januari dan menyalurkan perannya ke Badan Narkotik Filipina yang didukung militer.
(aal)