Jakarta, CNN Indonesia -- Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Yurievich Galuzin menganggap pertemuan Presiden Vladimir Putin dengan salah satu kandidat presiden Perancis, Marine Le Pen, pada 24 Maret lalu, sebagai hal yang wajar.
Galuzin menuturkan, pertemuan di Moskow itu bukan upaya Rusia memengaruhi urusan politik domestik Perancis menjelang Pemilu, melainkan praktik normal dalam hubungan internasional, khususnya mengenai hubungan suatu pemerintahan dengan entitas politik dari negara asing.
“Tidak ada hal yang besar dalam pertemuan ini. Normal bagi pemerintah menjalin hubungan dengan entitas politik dari suatu negara lain termasuk kelompok oposisi negara tersebut sekalipun,” kata Galuzin saat ditemui di kediamannya di Jakarta, Rabu (29/3).
“Namun, pertemuan itu juga tidak bisa diartikan sebagai keinginan Rusia mencampuri urusan domestik negara lain, khususnya Perancis. Tidak ada niatan sama sekali bagi Rusia untuk mencampuri urusan domestik negara orang khususnya urusan pemilu seperti yang selama ini disangkakan kepada kami,” katanya menambahkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Galuzin juga menampik tudingan yang menyebut kunjungan Le Pen ke Moskow dilakukan pemimpin Partai Front National (FN) itu agar Rusia membantu memenangkannya dalam pemilu April ini.
Sejauh yang diketahui, kata Galuzin, politikus ekstrem kanan itu hanya ingin bertemu dengan Putin tanpa menjelaskan lebih lanjut apa yang dibicarakan keduanya dalam pertemuan itu.
Diberitakan The Guardian, Jumat (24/3) Lawatan Le Pen ke Moskow dilakukan dalam rangka memenuhi undangan rapat bersama anggota parlemen Rusia dan ia tidak berencana bertemu Putin.
Namun, kenyataannya, usai rapat di parlemen Le Pen terlihat bertemu Putin di Kremlin.
Bagi sejumlah pihak, pertemuan ini menggambarkan Moskow tak juga menghindari tindakan yang dapat memicu dugaan keterlibatan Rusia dalam pemilihan umum negara asing, khususnya negara-negara Barat.
Sebab, selama ini, Rusia diduga keras terlibat dalam pemilihan presiden Amerika Serikat pada November lalu. Rusia dituding membantu Presiden Donald Trump untuk memenangi pemilu kemarin.
Selama ini, Rusia berkeras menampik segala tudingan mengenai campur tangan mereka dalam pemilu AS. Moskow juga membantah Kremlin mendanai sejumlah media untuk menyebarkan “berita palsu,” memengaruhi pemilu Perancis.
“Kami menampik tuduhan bahwa Le Pen telah meminta Rusia untuk memenangkannya di pemilu, seperti kejadian yang sudah-sudah, saat pemilu AS tahun lalu. Kami sempat dituduh membobol perhitungan surat suara Hillary Clinton untuk memenangkan Trump. Padahal, kenyataannya itu tidak pernah terjadi,” kata Galuzin.