Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Theresa May resmi mengajukan Brexit atau pengunduran diri dari Uni Eropa pada Rabu (29/3). Dengan demikian, hitung mundur negosiasi selama dua tahun antara kedua pihak kini dimulai.
"Kerajaan Inggris meninggalkan Uni Eropa," kata May di hadapan anggota Dewan, sebagaimana dikutip Reuters. "Ini adalah langkah historis yang tidak mengenal kata putar balik."
Menjelang Brexit, May dihadapkan pada pekerjaan terberat yang pernah dihadapi oleh perdana menteri Inggris manapun: mempersatukan negara di tengah tuntutan kemerdekaan Skotlandia sembari bernegosiasi dengan 27 negara Uni Eropa lain soal keuangan, perdagangan, keamanan dan isu rumit lainnya.
Hasil negosiasi ini akan menentukan masa depan ekonomi Inggris yang bernilai $2,6 triliun--terbesar kelima di dunia. Selain itu, posisi London sebagai salah satu dari dua pusat keuangan dunia pun dipertaruhkan.
Untuk UE, yang sudah dilanda krisis utang dan pengungsi, kehilangan Inggris jadi hantaman terbesar dalam upayanya mempersatukan benua biru selama 60 tahun usai Perang Dunia II.
Surat cerai dari May disampaikan langsung oleh Tim Barrow, perwakilan tetap Inggris untuk Uni Eropa, kepada Presiden Dewan Eropa Donald Tusk di kantornya, lantai 11 Gedung Europa.
Momen itu secara resmi memulai proses negosiasi kepergian Inggris dengan Uni Eropa.
May menandatangani surat itu pada Selasa. Foto menunjukkan ia menandatangani surat itu sendirian di sebuah meja yang berada di bawah jam dinding, bendera Inggris, dan lukisan Robert Walpole, perdana menteri pertama Inggris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT