Jakarta, CNN Indonesia -- Rusia tak menganggap serius ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang bersumpah akan menyerang Suriah dengan rudal dalam waktu dekat.
"Mengenai ancaman Presiden Trump di Twitter, kami pikir serangan rudal tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Kami tidak menggubris ancaman perang atau diplomasi Twitter," ujar Dubes Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva, dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (13/4).
"Itu bukan pernyataan serius. Kicauan Trump hanya membuat orang khawatir dan memperburuk situasi," lanjutnya.
Vorobieva merujuk pada kicauan ancaman serangan rudal yang ditulis Trump untuk menanggapi dugaan serangan senjata kimia di Douma, daerah kekuasaan pemberontak Suriah di Ghouta Timur, pada akhir pekan lalu, menewaskan 60 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump menjanjikan tindakan yang cepat dan kuat sebagai tanggapan atas serangan tersebut. Dia bahkan mengatakan "rudal-rudal akan berdatangan ke Suriah kapan saja," memberi sinyal bahwa Washington siap meluncurkan opsi militer terhadap Damaskus.
Presiden AS itu juga menuding Suriah dan Rusia bertanggung jawab atas serangan di Douma tersebut.
Sejak perang sipil Suriah bergulir, Rusia merupakan salah satu sekutu terdekat Presiden Bashar Al-Assad yang kerap membantu menumpas pemberontak di sana.
Vorobieva mengatakan tudingan soal senjata kimia itu tanpa dasar sebab belum ada satu pihak pun yang memiliki bukti nyata terkait serangan itu.
Dia juga mengatakan data militer Rusia di Suriah tidak menemukan satu pun korban serangan senjata kimia di rumah sakit yang berada di Douma.
"Racun saraf itu substansi yang sangat berbahaya dan kuat. Dalam dokumentasi selama ini orang-orang yang disebut korban serangan itu hanya membasuh tubuh mereka dengan air. Itu gambar-gambar palsu," lanjutnya.
Vorobieva mengatakan bahwa komunitas internasional seharusnya melakukan investigasi menyeluruh soal serangan di Douma sebelum mengambil kesimpulan.
Menurut Vorobieva, seluruh tudingan ini hanya provokasi Barat untuk menganggu stabilitas di Suriah.
Rusia, katanya, akan terus berupaya mencari solusi terbaik menyelesaikan konflik di Suriah melalui jalur dialog dan diplomasi.
"Tujuan kami dalam masalah ini adalah mencari solusi damai bagi Suriah. Satu-satunya cara untuk mencapai hal tersebut adalah dengan membangun dialog yang konstruktif dan inklusif di antara pihak yang terlibat," kata Vorobieva.
(has)