Hiroshima Peringati 73 Tahun Serangan Bom Atom

AFP | CNN Indonesia
Senin, 06 Agu 2018 15:34 WIB
Wali Kota Hiroshima mendesak agar rasa nasionalisme berlebihan yang semakin marak di dunia dihentikan karena akan mengganggu perdamaian dunia.
Kubah peringatan bom atom Hiroshima menjadi lokasi peringatan 73 tahun kota itu dibom oleh Amerika Serikat. (Reuters/Toru Hanai)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bel berbunyi di Hiroshima ketika Jepang memperingati 73 tahun penggunaan bom atom pertama di dunia.

Dalam perayaan ini wali kota Hiroshima memperingatkan bahwa maraknya nasionalisme di seluruh belahan dunia saat ini mengancam perdamaian.

Awan di atas Taman Perdamaian Hiroshima terlihat bersih, sama seperti pada 6 Agustus 1945 saat pesawat pengebom B-29 milik Amerika Serikat menjatuhkan bom atom ke kota pelabuhan yang saat itu dipenuhi dengan instalasi militer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengeboman ini menewaskan 140 ribu orang.

Wali Kota Kazumi Matsui berdiri di dekat lokasi jatuhnya bom atom untuk memperingati insiden itu. Dia meminta agar dunia bebas dari senjata nuklir dan mewanti-wanti peningkatan rasa nasionalisme.
Tanpa menyebut negara secara khusus, dia mengatakan "negara-negara tertentu dengan terbuka mengemukakan nasionalisme untuk kepentingan sendiri dan memperbaharui senjata nuklir mereka."

Dia menambahkan mereka "menumbuhkan kembali ketegangan yang sempat kendur ketika perang dingin usai."

Matsui mendesak agar senjata nuklir dilarang, pandangan yang bertolak belakang dengan langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang bertekad meningkatkan senjata nuklir negara itu.

"Jika manusia melupakan sejarah atau berhenti mempelajarinya, kita akan kembali melakukan kesalahan yang luar biasa. Itu sebabnya kita harus terus mengenang Hiroshima," kata Matsui.
"Upaya menghapus senjata nuklir harus dilanjutkan."

Namun dia juga menggarisbawahi posisi pemerintah jepang terkait senjata nuklir yang bertolak belakang.

Para pejabat Jepang secara rutin mengatakan menentang senjata atom tetapi negara itu menggantungkan pertahanannya pada payung pertahanan nuklir AS.

Hubungan Baru

Perayaan bom atom Hiroshima tahun ini dilaksanakan di tengah upaya menghapus senjata nuklir di Korea utara yang dilakukan melalui perundingan antara Presiden Trump dan Kim Jong Un.

Jepang secara politis bersikap keras terhadap Pyongyang, terutama terkait pengembalian warga negara itu yang diculik oleh agen-agen Korea Utara beberapa dekade lalu.
Hiroshima Peringati 73 Tahun Serangan Bom AtomPresiden Obama menjadi Presiden AS pertama yang mengunjungi Hiroshima pada tahun 2016. Reuters/Carlos Barria
Namun, media melaporkan bahwa Tokyo mempertimbangkan untuk mengadakan pertemuan antara Kim Jon Un dan Perdana Menteri Shinzo Abe. Media setempat menyebut pertemuan ini kemungkinan diadalah di sela-sela satu forum internasional yang akan diadakan di Vladivostok, Rusia, bulan depan.

"Pada akhirnya saya akan langsung bertemu dengan Kim Jong Un dan melakukan dialog serta memecahkan masalah rudal, nuklir dan yang terpenting adalah isu penulikan. Setelah itu akan terbangun hubungan Jepang-Korea Utara," kata Abe di Hiroshima pada Senin (6/8).

Pemerintah Jepang pimpinan Abe memilih untuk tidak menandatangani Traktat PBB soal Larangan Senjata Nuklir, namun perdana menteri ini mengatakan negaranya memiliki tanggung jawab untuk menjembatani jurang antara negara nuklir dan non-nuklir.

"Dalam beberapa tahun terakhir semakin terlihat jenjang antara negara-negara di dunia terkait upaya mengurangi senjata nuklir," kata Abe dalam acara peringatan itu tanpa menyebut langsung nama kesepakatan yang dimaksud.
"Negara kita, meski memegang teguh prinsip (senjata non-nuklir), akan dengan sabar bekerja untuk mejembatani kedua kubu dan memimpin upaya masyarakat internasional untuk mengurangi senjata nuklir," tambah Abe.

Bom atom di Hirishima pda 1945 menewaskan 140 ribu orang sementara 74 ribu warga tewas ketika bom atom dijatuhkan di Nagasaki.

Barack Obama menjadi presiden AS pertama yang mengunjungi Hiroshima pada Mei 2016. (yns)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER