Jakarta, CNN Indonesia --
Recep Tayyip Erdogan merupakan Presiden ke-12 Turki yang menjabat sejak 2014. Sebelumnya, Erdogan juga menjabat sebagai perdana menteri selama tiga periode sejak 2003.
Di awal masa kepemimpinannya, Erdogan banyak dipuji sebagai pemimpin Islam panutan, terutama bagi negara di Timur Tengah berkat kebijakan reformasinya mulai dari memperluas kebebasan beragama hingga jaminan hak-hak kaum minoritas Turki.
Saat itu, Turki digambarkan sebagai negara mayoritas Muslim yang moderat dan terbuka. Erdogan bahkan mampu membawa Turki menjadi salah satu negara mayoritas Muslim yang bersaing dengan negara Eropa dalam segi ekonomi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semua itu dilakukan Erdogan bukan dengan tujuan. Saat itu, Turki tengah mengajukan keanggotaan ke Uni Eropa.
Dalam bidang keamanan, Turki juga mengerahkan ribuan tentaranya ke sejumlah negara mulai dari Irak, Libya, hingga Suriah.
Turki juga dinilai aktif terlibat geopolitik dunia hingga menjadi penengah berbagai konflik antarnegara, seperti saat ini salah satu pendorong dialog damai Rusia-Ukraina. Di bawah kuasa Erdogan, Turki pun dianggap memainkan politik aktif di kawasan Timur Tengah, Eropa, hingga Asia.
Dari pencapaiannya itu, banyak pihak memuji Erdogan sebagai simbol kebangkitan Islam di kawasan Asia dan Eropa. Bahkan, oleh para pengkritiknya, Erdogan dijuluki "the New Ottoman Sultan" atau raja baru Turki Ustmani.
Pada 2020, Presiden Turki ini pun dinobatkan sebagai pemimpin Muslim paling populer di dunia menurut indeks Gallup International. Ketenarannya bahkan melebihi Raja Salman dari Arab Saudi dan Presiden Iran terdahulu Hassan Rouhani.
Namun, bagi sejumlah pemimpin negara Arab, Erdogan dikenal sebagai sosok arogan, haus kuasa, dan ekspansionis. Ia bahkan dipersepsikan sebagai sosok yang ingin membangkitkan kekhalifahan yang sudah punah.
Kepemimpinan Erdogan juga bukan tanpa kontroversi. Dari sosok reformis, ia kini dianggap oleh sebagian pihak sebagai salah satu pemimpin yang otoriter, seperti dikutip The HuffPost,
Pada 2013, ia memenjarakan beberapa pejabat militer senior Turki seumur hidup karena merencanakan penggulingan partainya, AKP. Dia juga kerap memerintahkan penindakan para demonstran yang memprotes pemerintahannya.
Di bawah Erdogan, Turki juga tak segan memenjarakan ribuan personel militer, puluhan ribu polisi, hakim, aktivis, hingga warga sipil sejak 2016 lalu setelah upaya kudeta untuk menggulingkannya gagal.
Erdogan bahkan beberapa kali mengubah konstitusi Turki yang menurut banyak pihak dilakukan guna melanggengkan kepemimpinannya.
Erdogan bahkan sempat dinilai melakukan hasutan kebencian terkait agama hingga mengirimnya ke bui.
Erdogan juga sempat mendapat kritik hingga kecaman pada 2020 saat ia memutuskan mengubah kembali Hagia Sophia menjadi masjid.
Erdogan menganggap penetapan Hagia Sophia sebagai masjid menujukkan kebangkitan Islam dan menandai era sekularitas di Turki.
Langkah Erdogan itu dikritik keras banyak pihak mulai dari negara Barat seperti Amerika Serikat, Yunani, Rusia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), hingga Paus Fransiskus dan komunitas Gereja Kristen Ortodoks.
Namun, sebagian besar umat Muslim di Turki mendukung langkah sang presiden.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
[Gambas:Video CNN]
Erdogan Muda
Erdogan merasakan jatuh bangun sebelum menjadi penguasa Turki. Erdogan kecil lahir dari keluarga biasa saja. Saat remaja, Erdogan bahkan pernah menjual limun dan roti wijen di jalanan.
Lahir pada 1954, masa kecil Erdogan dihabiskan di Rize, di mana sang ayag bekerja sebagai penjaga pantai sebelum keluarganya kembali hijrah ke Istanbul saat dia berusia 13 tahun.
Sejak kecil, orang tua Erdogan sudah mengarahkannya untuk dekat dengan agama hingga menyekolahkannya di Sekolah Imam Hatip Istanbul. Selama sekolah, ia banyak aktif di Asosiasi Pelajar Nasional Turki.
Di masa sekolah, Erdogan dikenal sebagai orator yang berapi-api dalam isu politik Islam. Ia juga sempat bermain di tim sepak bola profesional dan belajar di Universitas Marmara.
Erdogan juga memiliki bakat terpendam yakni bermain sepak bola. Erdogan muda sempat mengikuti sejumlah kompetisi selama beberapa tahun hingga diminati klub-klub ternama.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
[Gambas:Photo CNN]
Wali Kota Muslim Pertama dan Dipenjara
Di masa kuliah, Erdogan mulai aktif berpolitik. Dia terpilih sebagai ketua Partai Cabang Pemuda Beyoglu pada 1976. Namun, partai tersebut dibubarkan setelah kudeta militer 1980.
Mengutip Britannica, Erdogan sempat bertemu dengan veteran politikus Islam, Necmettin Erbakan, dan kemudian memutuskan berperan aktif dalam partai yang dipimpin Erbakan. Padahal, kala itu Turki melarang partai yang didasari oleh agama.
Setelah menyelesaikan pendidikannya dengan gelar sarjana dari Fakultas Ekonomi dan Ilmu Administrasi Universitas Marmara (1981), Erdogan sempat bekerja sebagai akuntan dan manajer di sektor swasta. Namun pada 1983, Erdogan kembali ke politik melalui Partai Kesejahteraan, dan menjadi Bupati Beyoglu pada 1984.
Pada 1995, Erdogan terpilih sebagai Wali Kota Istanbul mewakili Partai Kesejahteraan. Erdogan terpilih sebagai tokoh Islamis pertama yang menjadi wali kota sejak sekularisme berdiri di Turki.
Erdogan kemudian dikenal sebagai pemimpin yang kompeten dan cerdik. Erdogan sempat gagal membangun masjid di aula pusat kota Istanbul, tetapi berhasil melarang penjualan alkohol di kota tersebut.
Pada 1998, Erdogan dihukum karena menyebarkan kebencian agama. Ia sempat membacakan puisi yang membandingkan masjid dengan barak, menara dengan bayonet, dan penganut agama dengan tentara.
Akibat kejahatannya ini, Erdogan dihukum sepuluh bulan penjara dan dipecat sebagai wali kota.
Setelah menjalankan hukumannya selama empat bulan, Erdogan dibebaskan dari penjara dan kembali masuk ke dunia politik.
Pada 2001, Erdogan ikut membantu pembangunan Partai Keadilan dan Perkembangan (AKP). Partainya kemudian memenangkan pemilihan parlemen pada 2002, tetapi Erdogan dilarang melayani parlemen, pun menjadi perdana menteri karena kasus ujaran kebencian pada 1998.
Meski demikian, amendemen konstitusi pada Desember 2002 mencabut larangan terhadap Erdogan. Pada 9 Maret 2003, Erdogan memenangkan pemilihan dan diminta membentuk pemerintahan Turki baru oleh Presiden Ahmet Necdet Sezer.
Ia menjabat sebagai perdana menteri pada 14 Mei 2003 sampai 2014.
Setelah masanya sebagai perdana menteri Turki usai, Erdogan mencalonkan diri sebagai presiden pada 2014. Erdogan memenangkan pemilihan dan dilantik pada 28 Agustus 2014.
Percobaan Kudeta
Kejayaan politik Erdogan tak lepas dari masalah. Pada 2016, Erdogan sempat terancam dikudeta tetapi gagal.
Pada 15 Juli 2016, militer Turki memenuhi jalan-jalan di Ankara dan Istanbul, kemudian menyita fasilitas di sana, termasuk stasiun televisi dan jembatan. Pengkudeta menilai Erdogan melanggar aturan di Turki dan merusak demokrasi.
Meski demikian, Erdogan berhasil menangkal upaya kudeta tersebut. Hampir 300 orang, yang kebanyakan adalah warga sipil, terbunuh dalam konfrontasi kudeta.
Beberapa pekan setelahnya, pemerintah melakukan pembersihan besar-besaran. Erdogan memecat puluhan ribu tentara, polisi, guru, dan pegawai negeri karena diduga bersimpati dengan pemberontak yang berupaya menggulingkannya.
[Gambas:Photo CNN]