Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS), menarik perhatian usai melakukan reformasi keterbukaan di Kerajaan. Terlepas dari kebijakan barunya, bagaimana masa kecil MbS?
Semasa kecil laki-laki kelahiran 13 Agustus 1985 ini mempunyai kisah yang unik.
Salah satu pengajar yang pernah memberi pelajaran MbS kecil mengatakan ia lebih senang menghabiskan waktu bersama penjaga istana daripada mengikuti kelasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai yang tertua dari saudara-saudaranya, tampaknya ia diizinkan melakukan apapun yang dia mau," ujar pengajar MbS, Rachis Sekkai, dikutip situs House of Saud.
Anggota keluarga kerajaan dan orang yang mengetahuinya mendeskripsikan MbS sebagai seorang anak yang temperamen.
MbS kerap bertingkah buruk dan melontarkan kemarahan. Suatu kali, saat ia remaja pernah sengaja memakai seragam polisi dan pergi ke mal di Riyadh untuk menyombongkan diri.
Namun, tak ada yang berani menghentikannya karena sang ayah, Salman Abdulaziz, menjabat sebagai Gubernur Riyadh kala itu.
"Sebagai seorang pangeran, MbS tumbuh penuh warisan dan hak istimewa, bersosialisasi di istana, menghadiri konvoi dan disibukkan dengan pengasuh, tutor dan pengikut," tulis Ben Hubbard dalam bukunya 'MbS: The Rise to Power of Mohammad bin Salman' yang rilis 2020 lalu.
Mbs bisa saja memilih pendidikan di luar negeri yang dianggap lebih bagus, namun ia tetap memutuskan mengenyam sekolah di Riyadh.
Ia juga menuntaskan pendidikan dasarnya di Riyadh. Di sekolah itu, MbS termasuk dalam 10 siswa terbaik, demikian dikutip Al Jazeera.
Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi pemimpin. Maka, MbS mngambil studi hukum di Universitas King Saud yang menjadi tangga merealisasikan harapannya.
Salah satu teman kelasnya mengungkapkan, MbS begitu terobsesi menjadi the next Alexander the Great.
![]() |
Kaisar dari Maccedonia itu pula yang tampaknya menginspirasi karakter MbS dengan keinginan kuat, keras kepala, dan tak mau kalah.
Gaya tersebut tampaknya turun dari sang kakek dan buyut pendiri Kerajaan Saudi.
Sejak belia, MbS tertarik akan pemerintahan, ia kerap mengekor ayahnya dan sadar akan citra sebagai anak Gubernur, Putra Mahkota, dan kemudian Raja Saudi.
MbS mengisi hari-harinya belajar komunikasi dengan berbagai pejabat tinggi dan belajar agar tak jadi sembrono.
Ia menempuh program studi Hukum di Universitas King Saudi, Riyadh, dan lulus pada 2007. Dua tahun kemudian, ia menjadi penasihat resmi ayahnya, yang ketika itu menjadi Gubernur Riyadh.
MbS lalu mendirikan sejumlah perusahaan dan organisasi nirlaba yang untuk mempromosikan kewirausahaan di Kerajaan, demikian dikutip Britannica.