Sikap Erdogan memberangus kebebasan bakal terus membuat pemimpin negara-negara Barat frustrasi, khususnya karena kerap berkaitan dengan kebijakan luar negeri.
Ambil contoh ketika belakangan ini Erdogan memblokir usaha Swedia dan Finlandia untuk menjadi anggota NATO. Penjegalan ini ternyata masih ada hubungannya dengan pembungkaman Kurdi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Erdogan menuntut negara Nordik itu untuk merepatriasi anggota Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang kabur dari Turki. Kelompok ini masuk daftar organisasi teroris pemerintah Turki.
Setelah lobi-lobi panjang dari sejumlah pemimpin negara Barat, Turki akhirnya memberi lampu hijau untuk Finlandia. Namun, masih menyalakan lampu merah bagi Swedia.
Masih terkait Kurdi, Turki juga terus berselisih dengan AS karena dukungan Negeri Paman Sam terhadap Kurdi di Suriah.
Sementara itu, kekalahan Erdogan berpotensi menguatkan demokrasi di Turki dan membuat tenang para pemimpin Barat.
Pesaing Erdogan, Kilicdaroglu, dianggap lebih "tunduk" kepada Barat. Sejumlah pengamat juga menilai Barat tak akan kesulitan mengendalikan dia.
Pengamat dari Institut Kajian Asia dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, Boris Dolgov, mengatakan arah politik Turki akan berubah dan cenderung mendekat ke Barat di bawah Kilicdaroglu.
Dolgov bahkan menduga Turki mungkin bisa mengikuti jejak negara lain yang menjatuhkan sanksi ke Rusia.
"Walau saya tak berpikir akan ada perubahan radikal dalam hubungan dengan Rusia, jika oposisi naik ke tampuk kekuasaan, keputusan bergabung dengan negara anti-Rusia bisa saja terjadi," ucap dia, seperti dikutip TASS.
(isa/has/bac)