Soal ketidakpuasan bekas kombatan, seperti aksi Din Minimi itu, Kepala Biro Humas Pemerintah Aceh, Murthalamuddin, punya pendapat beda. Ia menyatakan dengan aksi kecil itu tak bisa disimpulkan bahwa Aceh kembali berkonflik. Dia menyebut, masih ada yang gemar melakukan kontra intelijen di Aceh. “Tidak bisa diartikan itu sebagai konflik. Orang-orang itu, ada yang menyetel mereka,” kata Murthala saat dihubungi CNN Indonesia, Sabtu (11/10).
Dia menjelaskan, Gubernur Aceh Zaini Abdullah, kerap berdialog dengan para mantan kombatan GAM. Zaini mendengar keluhan para mantan kombatan. Untuk mensejahterakan mantan kombatan, Gubernur Zaini pun, dikatakan Murthala, tak hanya bergantung dengan keputusan pemerintah pusat. “Kami berusaha membekali para mantan kombatan dengan kemampuan diri lainnya,” katanya.
Itu sebabnya, kata Murthala, Pemerintah Aceh menggandeng sejumlah perusahaan besar di luar Aceh. Tujuannya, memberikan lapak kerja bagi para mantan kombatan. Selain itu, ada dana bantuan sebesar Rp 600 miliar untuk kelompok-kelompok masyarakat yang tinggal di pinggir laut, kebun dan juga peternakan. “Artinya, kita tidak lepas tangan dengan mereka (para kombatan),” ujar Murthala.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT