Jakarta, CNN Indonesia -- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menuai banyak pertentangan. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menilai kebijakan pemerintah tersebut sudah mempertimbangkan dengan matang dampaknya bagi rakyat kecil.
Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Bambang Wuryanto mengatakan masalah yang paling utama dengan kenaikan BMM sebesar Rp 2000 per liter adalah rakyat kecil yang berjumlah 15,5 juta kepala keluarga. “Terpukul daya belinya pendapatan mereka rata-rata Rp 15 ribu per hari,” kata Bambang kepada wartawan di Gedung DPR, Selasa (18/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengatasi masalah tersebut, ujar Bambang, pemerintah sudah mengantisipasinya terlebih dahulu dengan berbagai program bantuan sosial. “Kalau mereka sakit kita kirim KIS, butuh sekolah KIP. Tapi untuk meningkatkan daya beli gimana? Daya beli kita pakai yang K2KKS untuk Rp 200 ribu per bulan untuk 15,5 juta KK,” tutur Bambang.
Wakil Sekretaris Jenderal PDIP ini menegaskan,” Tentu ke depannya Fraksi PDIP minta ke pemerintah untuk saving di subsidi 2015 konsumtif ke produktif.”
Bambang mengatakan pemerintah menaikkan harga minyak dengan sudah memberikan alasan yaitu mengubah subsidi konsumtif menjadi produktif. “Jadi kita lihat APBN 2014 dulu. Dari konsumtif ke produktif itu nanti 2015. Tapi kita harus bicara di 2014 dulu,” ujarnya.
Berdasarkan catatan yang diterima Fraksi PDIP, negara mengalami defisit dari penerimaan pajak sekitar Rp 88 triliun. “Kemudian, non-pajak itu Rp 20 triliun. Maka defisit 2014 itu adalah Rp 108 triliun. Defisit ini harus ditutup darimana?” kata Bambang seraya mengatakan bahwa kenaikan harga BBM sebagai jalan keluarnya. “Iya, tidak ada cara yang lain.”
Bambang mengatakan fraksinya bisa memahami kenaikan harga BBM ini. “Bambang sebagai anggota komisi VII memahami situasi ini. Clear,” ucap dia.