Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo meminta pelaku bentrok TNI-Polri di Batam, Kepulauan Riau, Rabu (19/11), diberi sanksi. Hal tersebut dikemukakan oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno.
“Beliau (Jokowi) minta kedua belah pihak segera didamaikan, lalu pelakunya dikenai tindakan disiplin dan diproses secara hukum,” kata Tedjo di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (20/11).
Menurut Tedjo, ada beberapa jenis sanksi yang dapat diberikan, mulai hukuman administrasi, pemindahan atau mutasi, hingga yang terberat adalah dipecat jika terbukti melakukan insubordinasi atau tak mematuhi perintah atasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tedjo mengatakan ada cara untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dalam bentrokan itu. “Kemarin kan mereka diapel. Dari situ bisa ketahuan siapa saja yang tidak hadir,” kata dia.
Mantan KSAL itu menyatakan, bentrokan kemarin masih terkait dengan pertikaian serupa di wilayah itu pada September lalu. “Ada ketidakpuasan atas penanganan kasus lalu di bulan September,” ujar Tedjo.
Dua bulan lalu, tepatnya 21 September, anggota TNI dan Brimob Polda Kepulauan Riau terlibat bentrok saat sedang menindak penimbunan bahan bakar minyak. Ketika itu beberapa anggota TNI terkena tembakan anggota Brimob di bagian kaki. Kejadian tembak-menembak itu lantas berakhir dengan bentrok di Mako Brimob di Batam.
Setelah diselidiki, tembakan anggota Brimob disebut tidak ditujukan langsung ke kaki tentara, melainkan ke arah tanah namun memantul mengenai kaki anggota TNI. Polri dan TNI kemudian membentuk tim investigasi untuk mengetahui penyebab bentrokan.
Saat ini KSAD Letjen Gatot Nurmantyo dan Kapolri Jenderal Sutarman sudah berada di lokasi bentrok. “KSAD semalam ke sana lewat Singapura. Kapolri pagi tadi. Mereka saya minta untuk melakukan konsolidasi di kesatuan masing-masing,” kata Tedjo.
Untuk mencegah bentrok serupa terulang kembali, KSAD bisa saja memisahkan orang-orang yang berada di satu kesatuan. “Dipencar supaya tidak menyatu dalam satu kelompok,” ujar Tedjo.
Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI Mayor Jenderal Fuad Basya membantah aksi bentrok di Batam kemarin merupakan kelanjutan dari peristiwa serupa September lalu. Ia menyebut bentrok hanya dipicu masalah salah paham.