Jakarta, CNN Indonesia -- Panglima Kodam Jaya (Pangdam Jaya) Mayor Jenderal TNI Agus Sutomo mengimbau prajuritnya untuk tidak saling memicu perselisihan dengan pihak kepolisian.
"Kalau melihat sesama rambut cepak, jangan pelotot-pelototan, yang benar senyum, sapa, salaman, yang punya duit, traktir," ujar Mayjen Agus di Jakarta, Jumat (21/11). Menurutnya, hal tersebut sudah ia canangkan sejak dirinya menjabat sebagai Pangdam Jaya pada September lalu.
Namun, pada praktiknya seringkali masih terjadi bentrok antara kedua lembaga tersebut. Agus mengatakan salah satu penyebabnya adalah pandangan yang sempit dalam memaknai jiwa korsa atau kebersamaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jiwa korsa terkadang sempit hanya melihat institusi (TNI atau Polri). Padahal, seharusnya dilihat lebih luas, sebagai Indonesia," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga mengimbau untuk menghentikan percekcokan dan baku hantam antara keduanya. "Kalau kita berantem terus, orang lain yang tepuk tangan," ucap Agus mengingatkan.
Agus mengklaim kekompakan sudah ia tanamkan melalui berbagai upaya, di antaranya dengan mengadakan olah raga bersama antara TNI dan Polri. "Seperti hari ini, kompak. Olah raga dan makan bareng. Sejak Oktober kami juga upacara bareng setiap tanggal 17," katanya.
Lebih jauh, sebagai tindakan proaktif, ia berpendapat harus ada sanksi tegas untuk oknum yang bermasalah. "Bisa melaksanakan tindakan proaktif, kalau ada oknum (yang berkelahi), tidak pantas jadi prajurit. Kalau ada prajurit saya yang seperti itu, ya bersiap menerima sanksi," katanya.
Sebelumnya, Rabu (19/11), insiden penembakan antara TNI dan Brimob kembali menghebohkan Markas Komando Brimob Polda Kepulauan Riau. Bentrokan menyebabkan tewasnya satu anggota tentara. Insiden bermula ketika kedua belah pihak saling pandang dan saling melotot. September lalu, terjadi bentrok serupa yang menyebabkan empat anggota TNI terluka.
Bentrokan antara anggota TNI dan Polri sudah kerap terjadi. Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyesalkan masih berulangnya aksi penyerbuan maupun tindakan kekerasan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh kedua institusi aktor keamanan TNI dan Polri.
Berdasarkan catatan KontraS, bentrokan pada Rabu di Batam itu menambah panjang daftar tindakan sewenang-wenang dan melawan hukum yang melibatkan anggota TNI dan Polri dalam satu tahun terakhir.