Jakarta, CNN Indonesia -- Wacana untuk mempersatukan kembali TNI dan Polri muncul seiring bentrok yang tak kunjung selesai antara kedua instansi tersebut. Namun bagi mantan Wakil Kepala Polri, Komisaris Jenderal (Purnawirawan) Oegroseno hal tersebut belum tentu akan membuat suasana menjadi lebih baik.
"Satu atap tidak menjamin keduanya akur, potensi bentrok tetap ada," katanya saat ditemui di sebuah acara di Jakarta Pusat, Sabtu (22/11). Dia lebih setuju dengan regulasi yang memperbolehkan anggota TNI-Polri untuk berpindah satuan.
Saat dirinya masih menjadi anggota kepolisian, Oegroseno mengatakan sering terjadi bentrok antar anggota. "Padahal saat itu kita satu atap," katanya. Namun saat itu, lanjut Oegroseno, dirinya bisa berpindah satuan dari Polri ke TNI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harusnya yang seperti itu bisa dilakukan sekarang, sama seperti yang dilakukan di Amerika Serikat di mana seorang perwira polisi pernah mengikuti Perang Teluk bahkan bekerja di Angkatan Laut," ujarnya.
Bentrok terbaru antara TNI-Polri terjadi pada Rabu (19/11) di Batam, Kepulauan Riau. Bentrok yang terjadi di Markas Komando Brimob Polda Kepri tersebut mengakibatkan beberapa bagian gedung rusak terkena tembakan dan salah satu anggota TNI tewas dalam peristiwa ini.
Sebelumnya, saat masih berada di satu atap bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pun, kedua instansi tersebut pernah terlibat bentrok. Salah satunya terjadi sekitar 1970-an saat anggota Marinir bentrok dengan anggota Kopassus.
Bentrok seperti itu menjadi salah satu alasan mengapa Oegroseno tidak yakin penyatuan kembali TNI-Polri bisa menghilangkan bentrok antara keduanya.
"Tetap tidak aman meski mereka disatukan dalam satu atap, masalah pimpinan pun harus jadi sorotan," katanya.