Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menemui Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU). Kedatangan sang presiden salah satunya untuk membahas bahaya terorisme dan radikalisme, termasuk jaringan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Indonesia.
"Kami berbicara terkait terorisme dan radikalisme," ucap Presiden Jokowi di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (24/12).
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mengaku sepakat dengan gagasan presiden. "Kami anti terorisme dan radikalisme, apalagi ISIS. ISIS itu bukan pejuang, tapi petualang," kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Said meminta masyarakat tidak bersimpati dengan apa yang dilakukan ISIS selama ini. "Bahaya ISIS jangan sampai mendapat simpati dan dukungan. Walaupun sudah ada ribuan," tutur dia.
Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto mengungkapkan, Jokowi berpandangan bahwa perkembangan jaringan ISIS telah menjadi masalah sosial yang semakin mengancam, layaknya bahaya narkoba.
Andi menambahkan, isu radikalisme terkait bahaya dari berkembangnya jejaring ISIS menjadi sorotan dari beberapa isu yang dibahas antara Presiden dengan PBNU.
Setelah PBNU, Jokowi mengunjungi Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat.