Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah didesak untuk secepatnya menemukan keberadaan pesawat AirAsia QZ8501 dalam dua hari. Pasalnya, baterai Emergency Locator Transmitter (ELT) hanya mampu bertahan dalam rentang waktu 2 x 24 jam. (Baca:
ELT dan Pinger, Kunci untuk Temukan Air Asia Nahas)
Pilot senior Garuda Stephanus Gerardus Setitit menyatakan Badan SAR Nasional harus segera menemukan keberadaan QZ8501 sebelum baterai ELT habis. "Setelah 2 x 24 jam, baterai ELT habis dan tak bisa memancarkan sinyal lagi," kata Stephanus kepada CNN Indonesia.
Untuk diketahui, ELT pada Airbus A320 hanya bisa menyala selama 2 x 24 jam setelah kecelakaan. ELT adalah salah satu komponen yang menjadi pemandu bagi tim pencari untuk mencari tahu lokasi pesawat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI F.H. Bambang Soelistyo mengatakan ELT QZ8501 sampai saat ini belum terdeteksi. Padahal jika pesawat tersebut jatuh atau mengalami kecelakaan, ELT akan memancarkan sinyal yang bisa ditangkap oleh KNKT. Selain itu, puing pesawat juga belum ditemukan.
Sementara Plt Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Djoko Murjatmodjo sebagai Ketua Krisis Center QZ8501 menegaskan bahwa pesawat tersebut masih berstatus hilang. Ia berharap pesawat mendarat di satu tempat. Pasalnya, tak mungkin pesawat itu terus-menerus terbang karena keterbatasan bahan bakar. (Baca:
Bahan Bakar Habis Jika Pesawat Masih Terbang)
Stephanus yakin QZ8501 mengalami kecelakaan. Apalagi sudah 24 jam pesawat tersebut hilang. "Tinggal menunggu Tim Basarnas menemukan pesawat," kata pilot yang biasa mengendarai Airbus A330 ini.
Sebelumnya, Deputi Operasi Basarnas Tatang Zaenudin menduga ELT pada QZ8501 rusak atau tak berfungsi dengan baik. Padahal seharusnya dalam keadaan darurat, ELT memancarkan sinyal darurat yang bisa ditangkap oleh Kantor Basarnas dan bandara-bandara terdekat. "Saya cek ke Australia, Singapura, Vietnam, juga tidak ada (sinyal darurat)," kata dia.
Fokus pencarian pagi ini berada di perairan antara Pontianak dan Tanjung Pandang. Tim gabungan mengerahkan pesawat, kapal laut, hingga helikopter. Pencarian juga dilakukan dengan menyisir daratan di Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan.