Jakarta, CNN Indonesia -- Politikus kawakan Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP) Sidarto Danusubroto ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) masuk dalam Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Sidarto berpandangan Presiden membutuhkan pendukung dari unsur politik, ormas, dan TNI/Polri.
"Dia (Presiden) butuh
back up politik, ormas,
back up dari pelopor seperti TNI dan Polri. Karena orang pintar banyak, tapi keputusan perlu memilih di antara pilihan. Di situ mereka bisa memberikan sumbangan untuk bangsa," kata Sidarto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (19/1).
Para pendukung tersebut, menurut dia, tidak harus dari unsur politikus dari partai pendukung dan pengusung, melainkan bisa dari unsur tokoh agama dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sidarto menjelaskan, saat ini Jokowi dilihat sebagai fenomena di dunia, terutama di Asia. Ia bercerita, sewaktu menjadi Ketua MPR, terdapat 10 anggota parlemen muda Asia, seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand yang mengatakan bahwa terpilihnya Jokowi merupakan fenomena. Sebab, di negara-negara tersebut kalau bukan politikus atau jenderal maka tidak mungkin terpilih.
"Di Filipina kalau bukan Hacienda atau Macapagal Aquino tidak mungkin terpilih. Jadi mereka nilai Jokowi ini fenomena sekali. Bukan elite, bukan jenderal," ujar Sidarto.
Lebih jauh ia menuturkan, New York Times pernah menyebut Jokowi sebagai 'a child from slum reached to be president'.
Sidarto mengaku belum tahu pasti terkait bidang mana ia akan ditunjuk. Namun, dengan latar belakangnya yang berpengalaman di bidang hukum dan keamanan, ia berpendapat akan ditunjuk di bidang itu.
"Latar belakang saya hukum keamanan. Di Polri 35 tahun, di DPR tiga periode di Komisi IV bidang hukum dan keamanan. Mungkin bidang MPR," kata dia mengira-ngira.
Ia pun mengatakan baru diberi kabar bahwa terpilih sebagai anggota Wantimpres empat hari yang lalu. Oleh sebab itu, ia tak tahu dengan pertimbangan apa Jokowi menunjuknya.
(obs)