INVESTIGASI AIRASIA

Teori Pakar: QZ8501 Jatuh Saat Tak di Tengah Awan Badai

Anggi Kusumadewi, Ranny Utami | CNN Indonesia
Kamis, 29 Jan 2015 16:42 WIB
Investigator swasta kasus kecelakaan pesawat dan pakar penerbangan Gerry Soejatman menyatakan AirAsia QZ8501 telah melewati kumulonimbus saat hilang dari radar.
Lokasi terakhir AirAsia QZ8501 berdasarkan peta satelit cuaca. (Dokumen weathergraphics)
Jakarta, CNN Indonesia -- Satu demi satu teka-teki jatuhnya AirAsia QZ8501 mulai terkuak setelah Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memaparkan laporan hasil investigasi awal mereka, Kamis (29/1). Namun laporan awal tersebut belum memuat soal faktor penyebab kecelakaan, apakah akibat cuaca buruk atau hal lain.

Pakar penerbangan yang juga investigator swasta kasus kecelakaan pesawat, Gerry Soejatman, ikut memantau secara independen musibah AirAsia tersebut. Dalam kunjungannya ke kantor CNN Indonesia pekan lalu, ia memaparkan sejumlah hal baru.

Hal paling penting yang dikemukakan Gerry ialah AirAsia QZ8501 tidak jatuh ketika berada di tengah cuaca buruk. Menurut dia, awan badai atau awan kumulonimbus bukan penyebab kecelakaan QZ8501.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gerry menunjukkan peta cuaca dari satelit yang diambil dari situs Weather Graphics tak lama sesudah kecelakaan terjadi. “Dari gambar ini terlihat awan kumulonimbus sudah berada di belakang posisi pesawat. Pesawat sudah melewati awan berat,” kata dia.

Posisi QZ8501 saat itu telah melewati awan badai, namun menuju awan badai lainnya. “Terlihat di depan pesawat ada lagi badai, awan kumulonimbus. Kalau dibilang pesawat menabrak kumulonimbus, seharusnya pesawat saat itu berada di dalam awan, bukan di luar,” ujar Gerry.

Dengan kata lain, posisi QZ8501 saat itu berada di antara dua awan badai. Satu telah berhasil dilewati, dan satu lagi masih berjarak sehingga memungkinkan pilot untuk bermanuver bebas ke kanan atau ke kiri untuk menghindarinya.

“Awan badai yang di depannya masih bisa dihindari. Dia (pesawat) bisa mencari jalan. Bisa ke kiri karena tak terlalu jauh dari rutenya,” kata Gerry yang pernah membantu rekannya dalam investigasi kecelakaan Air France 447 yang jatuh di Samudera Atlantik pada 1 Juni 2009.

Dalam laporan hasil investigasi awalnya, KNKT juga menyinggung perihal awan badai yang berada di hadapan QZ8501. Menurut KNKT, saat kejadian, foto satelit menunjukkan formasi awan kumulonimbus dengan puncak berada di ketinggian sekitar 44 ribu kaki. (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER