Jokowi Akan Kunjungi Pabrik Mobil Malaysia

Resty Armenia | CNN Indonesia
Kamis, 05 Feb 2015 15:59 WIB
Meski akan mengunjungi pabrik mobil di sana, menurut Sofyan Djalil belum ada rencana untuk menjalin kerja sama ekonomi.
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) mendapat penjelasan dari Dirut PT Pindad Silmy Karim (kiri) saat kunjungan ke Divisi Senjata PT Pindad, Bandung, Jabar, Senin (12/1). (Antara/Andika Wahyu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam kunjungan kerjanya ke Malaysia, Presiden Joko Widodo diagendakan mengunjungi salah satu pabrik mobil. Namun belum ada rencana untuk menjalin kerja sama ekonomi di sektor otomotif dengan negeri tetangga tersebut.

"Di Malaysia memang berniat mau ke pabrik mobil," kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (5/2).

Sofyan mengatakan, kunjungan ke pabrik mobil tersebut merupakan salah satu rangkaian kunjungan kenegaraan Presiden. Selain agenda resmi, ujar Sofyan, Presiden juga dijadwalkan akan mengikuti beberapa agenda nonformal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengaku belum tahu pasti apakah akan ada kerja sama ekonomi yang akan dibangun setelah kunjungan ke pabrik mobil itu. "Tidak ada pembicara menteri dengan menteri, karena ini hanya kunjungan kenegaraan," ujarnya.

Berbeda jika kunjungan Presiden adalah kunjungan teknis di mana menteri terkait pasti sudah membahas materi kunjungan yang dilakukan.

Sofyan melanjutkan, dalam kunjungan kenegaraan ini biasanya ada beberapa masalah substantif yang dibicarakan antarkepala negara. "Tapi saya belum tahu pasti. Bisa juga soal TKI. Dalam pertemuan bilateral, bisa saja. Tapi substansinya saya belum tahu," kata dia.

Kunjungan kenegaraan ke ASEAN ini merupakan kunjungan kenegaraan pertama Presiden Joko Widodo. Sofyan menjelaskan, kunjungan ini dilakukan karena Indonesia dianggap sebagai negara terbesar sekaligus sebagai pimpinan di Asia Tenggara. Apalagi kunjungan kenegaraan ke ASEAN merupakan komitmen dan tradisi Indonesia sejak dulu.

"Pergi ke Malaysia, Brunei, dan Filipina itu bagian dari komitmen dan tradisi Indonesia. Itu hal yang biasa," kata Sofyan. (sur/sip/obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER