Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Saud Usman Nasution menilai perlu adanya pendekatan sosial antara pemerintah dan masyarakat Poso untuk mengatasi terorisme yang kerap kali terjadi.
Pandangan tersebut disampaikannya usai melakukan rapat koordinasi bersama Menteri Koordinasi bidang Politik, Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijanto, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, dan Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia Komisaris Jenderal Badrodin Haiti.
"Kita kan pemerintah ada ditengah masyarakat, sehingga bisa memberikan himbauan-himbauan, dan dialog dari segi agama ataupun pola kehidupan sehari-hari," tutur Usman di Gedung Kementerian Koordinasi bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Jumat (6/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, pendekatan seperti itu perlu dilakukan agar pemerintah dapat memperhatikan permasalahan apa saja yang sebenarnya dihadapi oleh masyarakat Poso ini. Lebih lanjut, pendekatan ini menjadi salah satu faktor pendukung untuk proses penegakkan hukum yang akan dilakukan terakhir.
'Kalau pendekatan lewat budaya tidak berhasil, saya kira ya melalui penegakan hukum. Tapi itu merupakan keputusan terakhir. Kita upayakan lewat kultur budaya dulu, supaya nantinya betul-betul soft," terangnya.
Meskipun melakukan pendekatannya secara pelan dan bertahap, Usman menekankan, Santoso dan Daeng Koro masih menjadi target utama dari penanganan perkara terorisme ini. Lebih lanjut, ia berharap, melalui pendekatan budaya ini, para pengikut Santoso dan Daeng Koro dapat menyerahkan diri kepada lembaga penegak hukum.
"Kita menghimbau agar mereka menyerahkan diri dan bertobat. Kalau tidak, kita dari penegakkan hukum akan mengejar mereka," tegasnya.
Santoso adalah pemimpin penyerbuan dan pembunuhan terhadap tiga polisi di Kantor BCA Palu pada 25 Mei 2011. Selain itu Santoso melakukan delapan kali penyerangan kepada polisi pada 2012 dan menjadi aktor aksi bom bunuh diri di Polres Poso pada 3 Juni 2013. Anggota kelompok teroris ini juga sempat menyebar ke Pulau Jawa, khususnya Jakarta.?
Santoso selalu diklaim Polri sebagai pemimpin kelompok teroris yang anggotanya telah ditangkap. Nama Santoso adalah satu dari tujuh buronan teror yang paling dicari pada tahun 2011. Santoso dikenal juga dengan nama Santo dan Abu Wardah.
Sedangkan Daeng Koro merupakan seorang desersi dari salah satu kesatuan elit TNI. Dia menguasai menguasai strategi perang gerilya. Latar belakang militer yang dimiliki Daeng Koro menjadikan pergerakan kelompok teroris tersebut sangat taktis dan sulit ditangkap.
(pit/pit)