Harga Beras Naik, DPR: Dampak Buruknya Koordinasi Kementerian

Christie Stefanie | CNN Indonesia
Rabu, 25 Feb 2015 08:37 WIB
Wakil Ketua Komisi IV Viva Yoga Mauladi menilai kenaikan harga beras secara signifikan ini disebabkan kurangnya koordinasi antara kementerian.
Buruh mengangkut beras di Pelabuhan Sunda kelapa, Jumat (28 September 2012. (Detik Foto/Jhoni Hutapea)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Komisi IV Viva Yoga Mauladi menilai kenaikan harga beras secara signifikan ini disebabkan oleh sejumlah kesalahan yang dilakukan oleh pemerintah. Pertama kurang baiknya koordinasi diantara kementerian terkait.

"Pemerintah tidak melakukan koordinasi yang baik antar kementerian," kata Viva Yoga saat berbincang dengan CNN Indonesia, Selasa (24/2).

Iapun menilai hal tersebut berimbas pada tidak jelas siapakah yang memiliki tugas untuk mengendalikan stabilitas harga beras di pasaran. Mengenai produksi, kata Viva Yoga, hal tersebut menjadi perhatian utama dari Kementerian Pertanian. Sedangkan untuk distribusi menjadi perhatian utama bagi Kementerian Perdagangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Antara produksi dan distribusi ini, kan, saling terkait. Kalau harga tidak kompetitif, produksi juga tidak akan menambah volume stok. Karena buat apa tanam padi kalau harganya murah? Mending tanam komoditas lain," ucap politikus PAN ini.

Kesalahan lainnya adalah kurang dimaksimalkannya kinerja Badan Usaha Logistik (Bulog) sebagai stok penyangga nasional. Iapun mempertanyakan mengapa pemerintah tidak sejak jauh hari menginstruksikan Bulog melakukan operasi.

Berdasarkan laporan yang diterima Komisi IV terdapat terdapat Cadangan Beras Pemerintah (CPB) sebanyak 1,8 juta ton untuk persediaan secara nasional selama enam bulan karena berdasarkan perhitungan biasanya hanya 300 ribu ton yang dihabiskan selama sebulan.

"Awal April, kan, sudah panen raya. Kalau panen stok di pasar bertambah karena beras dari petani bisa langsung disalurka ke pasar. Itu bisa tambah volume stok di pasar. Tinggal sekarang untuk proses stok pengaman (buffer stock) bulognya seperti apa," tegasnya.

Menurutnya, apabila Bulog itidak difungsikan sebagai stok penyangga nasional, Indonesia nantinya akan susah menghadapi saat-saat darurat saat panceklik, bencana alam, atau pada saat terjadi krisis ekonomi dan politik.

"Nanti siapa yang berperan sebagai stok penyangga kalau bukan Bulog," ujarnya.

Sebelumnya, Viva Yoga menyebutkan salah satu kesalahan pemerintah yang menyebabkan harga beras naik secara signifikan adalah kurang sensitifnya pemerintah dalam mengantisipasi dan menghadapi situasi darurat pangan.

Diketahui, saat ini di pasar-pasar, beras kualitas menengah yang awalnya Rp 9.000 per kilogram kini rata-rata sudah naik 30 persen menjadi Rp 12.000 per kilogram. Untuk kualitas premium, harganya sudah mencapai Rp 15.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 11.000 per kilogram. Kenaikan ini bisa disebut rekor karena tahun-tahun sebelumnya tidak sedrastis sekarang. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER