Hanafi Rais: Meski Abbott Agresif Melobi, Keputusan di Jokowi

Christie Stefanie | CNN Indonesia
Jumat, 27 Feb 2015 07:07 WIB
Australia berulang kali memohon pembatalan eksekusi mati atas dua warganya yang menyelundupkan heroin ke Indonesia. Namun Jokowi bergeming.
Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Australia Tony Abbott pada acara G20 di Brisbane, Australia, 15 November 2014. (Reuters/Rob Griffith)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Komisi I Bidang Luar Negeri, Hanafi Rais, menilai langkah Perdana Menteri Australia Tony Abbott menghubungi Presiden Jokowi untuk melobi soal eksekusi mati sebagai sebagai langkah yang agresif.

"Abbott itu tipe hawkish, jadi pasti agresif melobi," kata Hanafi, Kamis petang (26/2). Hawkish merupakan sebutan untuk politikus yang bersifat agresif dan ofensif.

Menurut Hanafi, Abbott secara tak langsung sedang menekan Jokowi dengan segala cara. "Kalau sudah begini, keputusan di tangan Presiden Jokowi," kata putra sulung Amien Rais itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berkebalikan dengan tudingan agresif itu, seperti dilansir Reuters, Abbott mengaku telah berbicara dengan nada bersahabat kepada Presiden Jokowi tentang eksekusi mati dua warga Australia anggota Bali Nine yang menjadi terpidana kasus narkoba, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan.

Sukumaran dan Chan ditangkap di Bali pada 2005 ketika mencoba mengimpor heroin bersama tujuh warga Australia lainnya. Mereka mencoba menyelundupkan 8,2 kilogram heroin. Chan disebut sebagai ‘Godfather’ kelompok Bali Nine.

Terkait komunikasi antara Abbott dan Jokowi tersebut, Jokowi justru belum memberikan keterangan apapun. Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto mengaku tak tahu persis apa isi perbincangan via telepon di antara kedua kepala negara, namun menyatakan eksekusi mati akan jalan terus. (Baca Abbott Komunikasi dengan Jokowi, Seskab: Eksekusi Mati Lanjut)

Diamnya Jokowi itu dilihat Hanafi sebagai tanda bahwa Jokowi memiliki sifat yang berkebalikan dengan Abbott, yakni dovish. "Jokowi tipe dovish, jadi bertahan terus," kata politikus PAN tersebut.

Sebelumnya, Jokowi telah menolak permohonan grasi  12 terpidana mati, termasuk warga Perancis, Brasil, dan Australia. Hal ini menimbulkan ketegangan diplomatik antara Indonesia dan Australia serta Brasil. Pemerintah Australia berulang kali memohon pembatalan eksekusi mati tersebut.

Namun pemerintah Indonesia berulang kali menyatakan eksekusi mati akan tetap dilakukan, tidak akan ditunda atau dibatalkan. Sampai saat ini belum ada pernyataan mengenai tanggal eksekusi dari Kejaksaan Agung. (Baca: RI Menolak Tunduk pada Tekanan, Eksekusi Mati Jalan Terus)

Dalam salah satu upayanya membatalkan eksekusi mati, Abbott sempat mengukit bantuan kemanusiaan Australia untuk tsunami Aceh pada 2004. Kala itu Australia memberikan bantuan sebesar US$ 1 miliar. (utd/agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER