Jakarta, CNN Indonesia -- Pemindahan terpidana mati kasus narkotika ke Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah mendapat perhatian, khususnya kesiagaan pengamanan. Tak hanya itu, antisipasi atas gangguan dari luar negeri dilakukan, termasuk dari Australia yang menyumbang dua warga negaranya, Anderw Chan dan Myuran Sukumaran.
"(Pengamanan) biasa, kita lakukan di seluruh perairan. Sejauh tidak diminta (penambahan pasukan), tidak kami tambah," kata Menteri Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkopolhukam) Tedjo Edhy Purdijanto, di Istana Negara, Rabu (4/3).
Dikonfirmasi mengenai ancaman yang datang dari negara tetangga, Australia, melalui jalur perairan, secara tegas Tedjo mengingatkan negeri kangguru untuk tidak berbuat macam-macam. Pasalnya, telah diatur dalam aturan internasional untuk saling menghargai keputusan sebuah negara yang merdeka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak boleh. Aturan internasional tidak boleh. Kita sudah punya aturan yang berlaku dan harus hormati negara lain," ungkapnya.
Tedjo pun menegaskan, pihaknya akan pula menghormati keputusan dan aturan hukum di Australia sebagai negara yang berdaulat. Tedjo yakin eksekusi berjalan lancar, meskipun tidak selacar saat eksekusi mati gelombang pertama, Januari 2015 lalu.
"Begini, (gelombang dua) ini terpidana harus dikumpulkan jadi satu, dan ini butuh waktu. Yang lain sudah tidak masalah, tinggal tunggu waktu saja. Itu hanya masalah teknis," jelas Tedjo.
Sebelumnya, dugaan potensi penggagalan eksekusi duo Bali Nine diantisipasi serius oleh negara. Tidak hanya intelijen TNI yang mengendus itu, Badan Intelijen Negara (BIN) juga menerima indikasi serupa. Bahkan kini tengah dipelajari.
"Kami saat ini terus melakukan pendalaman atas itu," kata Kepala BIN Letjen TNI (Purn) Marciano Norman di Istana Negara, Rabu (4/3).
Marciano menegaskan, dalam soal eksekusi yang menarik perhatian banyak pihak, termasuk dunia internasional, langkah-langkah pencegahan dan antisipasi akan terus dilakukan. Akan lebih baik jika bersiap, tidak terdadak-dadak oleh hal-hal yang seharusnya bisa dideteksi sedari awal.
Sebelumnya TNI mengendus adanya potensi upaya penggagalan eksekusi itu.
Kapuspen TNI Mayjen TNI M. Fuad Basya mengungkapkan pengamanan yang dilakukan oleh TNI berdasarkan dari laporan intelijen mereka.
"Laporan intelijen kami menyebutkan, ada potensi yang besar penggagalan eksekusi Bali Nine," katanya saat dihubungi CNN Indonesia.
(pit)