Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Komisi I DPR Syarifuddin Hasan menilai eksekusi mati akan berpengaruh pada hubungan bilateral Indonesia. Karena itu pemerintah diminta untuk bisa menjelaskannya kepada negara sahabat terutama yang warga negaranya akan dieksekusi.
"Akan ada akibat dan salah satunya adalah kerenggangan hubungan dengan negara sahabat. Itu pasti," kata Syarif saat dihubungi, Rabu (4/3).
Menurut Syarif, hubungan Indonesia dengan negara sahabat, terutama Australia sudah terjalin dengan baik dan jangka waktunya pun sudah lama. Dia berharap agar hubungan baik itu tetap dijaga meski eksekusi mati nantinya akan tetap dilaksanakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk bisa menjaga hubungan baik tersebut, salah satunya adalah dengan menjelaskan kepada negara sahabat. Soal bagaimana caranya, Syarif menyerahkan sepenuhnya pada pemerintah.
"Bagaimana caranya tergantung pemerintah. Kita harus bisa membina hubungan baik yang sudah terjalin dengan negara sahabat," ujar Ketua Harian Partai Demokrat tersebut.
Selain itu, Syarif pun mengingatkan pada pemerintah agar kondisi warga negara Indonesia di luar negeri juga diperhatikan sebagai pertimbangan dalam mengambil langkah selanjutnya. Menurutnya saat ini ada sekitar 200 lebih WNI yang terancam dieksekusi mati di luar negeri.
"Kalau tidak salah ada 200 lebih, itu harus jadi bahan pertimbangan," katanya.
Hingga saat ini, Kejaksaan Agung belum merilis secara resmi 10 terpidana mati yang akan dieksekusi dalam waktu dekat. Namun, Jaksa Agung HM Prasetyo sebelumnya mengungkapkan ada 11 nama terpidana yang bakal segera menghadapi regu tembak.
Mereka di antaranya adalah warga Filipina Mary Jane Fiesta Veloso, dua warga Australia Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, warga Perancis Serge Areski Atlaoui, warga asal Ghana Martin Anderson, warga Nigeria Raheem Agbaje Salami, warga Brasil Rodrigo Gularte, dan warga negara Indonesia Zainal Abidin.
(sur)