Jakarta, CNN Indonesia -- Pabrik narkotik milik jaringan Freddy Budiman mampu memroduksi ekstasi hingga 50 ribu per jam. Padahal pabrik tersebut hanya memanfaatkan sebuah ruko berlantai tiga di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat.
Kabareskrim Komisaris Jenderal Budi Waseso mengakui kapasitas produksi pabrik ekstasi ini sangat luar biasa banyaknya. "Kurang lebih kapasitasnya 50 ribu dalam satu jam," kata Budi di lokasi pabrik di Ruko CBD, Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (14/4).
Para pelaku menurut Budi menggunakan bahan kualitas nomor satu. Bahan baku itu kemudian dioplos dengan bahan dengan kadar rendah. "Satu bahan bisa jadi tiga ekstasi," kata Budi. (Lihat fokus:
Narkotik Anyar dari Balik Jeruji)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jaringan pengedar dan pembuat ekstasi yang dipimpin Freddy merupakan jaringan internasional poros Belanda - Pakistan - Jakarta. Kelompok ini menyamarkan pabrik ekstasinya terkesan seperti usaha konveksi.
Bangunan tiga lantai itu selain untuk membuat ekstasi juga untuk menyimpan beberapa jenis ekstasi. Selain 50 ribu butir ekstasi, petugas juga menemukan 800 gram sabu diduga dari Pakistan, 122 lembar CC4 asal Belgia, dan satu mesin cetak ekstasi. Petugas juga menyita 25 kg bahan baku ekstasi. (Baca juga:
Cerita Pengungkapan Jaringan Narkotik Baru Freddy Budiman)
Temuan pabrik ekstasi ini bermula dari pengungkapan jaringan Freddy Budiman pada 7 April 2015 lalu. Sebanyak 12 orang diduga jadi anggota jaringan ini yakni Freddy Budiman, Yanto, Aries, Latif, Gimo, Asun, Henny, Riski, Hadi, Kimung, Andre, Asiong dan satu orang lagi warga negara belanda Laosan alias Boncel yang masih buron.
Pendirian pabrik ini sudah direncanakan sejak September 2014 lalu di Cikarang. Namun lantaran bahan baku belum siap, alat cetak ekstasi dipindahkan ke ruko di Cengkarang pada maret lalu.
Petugas menurut Budi saat ini terus menyusuri kemungkinan adanya pabrik lain yang dibangun jaringan ini di daerah lain. (Baca juga:
Kabareskrim: Efek CC4 Bisa Buat Pemakainya Bunuh Diri)
(sur)