Jakarta, CNN Indonesia -- Matinya dua Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di tangan algojo Arab Saudi memunculkan kemarahan menyusul eksekusi tersebut dilakukan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemerintah Indonesia pun keluarga korban.
Menyikapi sikap pemerintah Saudi yang konsisten tak memberikan notifikasi, Anies Hidayah, Direktur Eksekutif Migrant Care, bersama dengan Een putri dari Ruyati, buruh migran yang dieksekusi mati pada 2011, membuat petisi daring di laman www.charge.org, pada Kamis (16/4) ini.
(Baca Juga: Nasib Siti Dipancung di Saudi)Petisi tersebut ditujukan kepada Presiden Joko Widodo, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri. Melalui petisi tersebut, keduanya meminta agar pemerintah menempatkan persoalan hukuman mati dengan lebih serius. Selain itu, pemerintah juga diminta menjadikan isu perlindungan buruh migran sebagai prioritas dari strategi hubungan internasional dan tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemerintah Indonesia harus segera menghapuskan hukuman mati di Indonesia karena praktik ini menjadi penghambat besar bagi pemerintah untuk mendesak negara lain yang menerapkan hukuman mati atas WNI. Eksekusi atas Ruyati dan Siti Zaenab tidak terulang lagi," demikian tertulis dalam laman tersebut.
(Baca Juga: DPR Desak Pemerintah Ajukan Nota Protes ke Saudi)Petisi tersebut turut didukung oleh sastrawan Ayu Utami yang menulis status di akun @BilanganFu di media sosial Twitter," Petisi utk buruh migran... Jangan ada lagi Ruyati, Zaenab dll." Selain Ayu, penyanyi Melanie Subono di akun @melaniesubono juga turut memprotes eksekusi mati terhadap TKI. Iapun meminta Presiden Joko Widodo untuk bertindak menghentikan eksekusi atas TKI di luar negeri.
"Pak @jokowi_do2 hari ini satu lgi TKI kita Karni bt Medi Tarsim di Eksekusi Saudi, HENTIKAN eksekusi berturut2 ini!!," kata Melanie dalam twitternya.
Selain Melanie, ada juga putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Alissa Wahid (@AlissaWahid) turut membuat status untuk mendukung penguatan perlindungan WNI dari hukuman mati serta dukungan atas petisi. "Sudah tahu banyak TKI kita terancam hukuman mati, tapi Negara tidak intensif lakukan negosiasi, sampai sudah terlambat," tulis Alissa.
(Lihat Juga: Cegah Pemancungan, RI Perlu MoU dengan Negara Penerima TKI)Sementara itu, ribuan dukungan juga sudah tampak di petisi yang berjudul Cukup Mereka tersebut. Salah satu netizen, Tommy Setiawan dari Jakarta Barat, menyampaikan rasa prihatinnya atas eksekusi TKI di Arab Saudi.
"Mereka seperti kaum yang tidak dihargai. Dianggap budak padahal mereka adalah sumber devisa bagi Indonesia. Arab yang adalah pusat agama Islam dunia tapi memperlakukan sesama umat Muslim dengan tidak manusiawi," begitu tulis Tommy.
Selain Tommy, ada juga Ferry Sirait dari Jakarta yang menilai upaya memutus hubungan dengan negara yang melaksanakan hukuman mati menjadi yang utama. "Dan usaha Indonesia untuk mencegah hukuman TKI selalu saja tidak dipandang oleh negara luar. Ada baiknya Indonesia memutus hubungan dengan negara yang melaksanakan hukuman mati, di bidang penyaluran tenaga kerja," tulis Ferry.
(utd)