Oktober 2012, TNI Dikerahkan Saat Gedung KPK Dikepung Polisi

Anggi Kusumadewi | CNN Indonesia
Jumat, 08 Mei 2015 15:31 WIB
Suatu malam, polisi, termasuk Densus 88 Antiteror, menyerbu Gedung KPK untuk menangkap penyidik KPK Novel Baswedan. Personel TNI lalu tiba untuk menjaga KPK.
Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Pemberantasan Korupsi menyatakan kerjasama dengan Tentara Nasional Indonesia bukan hal baru, namun telah dilakukan sejak dulu, tepatnya tahun 2005 lewat penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding kedua lembaga terkait pencegahan dan penanganan tindak pidana korupsi.

Tak hanya itu, pasukan TNI pun pernah ‘menyelamatkan’ penyidik KPK Novel Baswedan yang hendak ditangkap polisi dari kantornya di Gedung KPK pada suatu malam, 5 Oktober 2012.

Malam itu, puluhan polisi mengepung Gedung KPK. Tuntutan mereka kepada KPK hanya satu: serahkan Novel Baswedan untuk diproses hukum terkait kasus yang menjeratnya pada 2004, saat dia masih menjabat sebagai Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Bengkulu. Novel dijadikan tersangka oleh Polres Bengkulu karena diduga menganiaya pencuri sarang burung walet hingga tewas –tudingan yang telah dibantah Novel. (Baca: Novel Baswedan, Mantan Polisi yang Kini Diincar Polisi)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Johan Budi Sapto Prabowo yang pada 2012 itu masih menjabat Juru Bicara KPK mengabarkan situasi genting di KPK kepada Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto. Saat itu, Detasemen Khusus 88 Antiteror bahkan ikut diturunkan Polri untuk mengepung KPK. Mereka bersenjata dan membawa surat penangkapan Novel.

KPK diserbu pada malam tepat setelah Novel Baswedan yang menjabat Ketua Satuan Tugas Penyidikan Kasus Simulator SIM Korps Lalu Lintas Polri, menginterogasi mantan Kepala Korlantas Polri Irjen Djoko Susilo selama delapan jam di KPK. Novel pula yang menginisiasi penggeledahan KPK di kantor Korlantas Polri.

Gedung KPK dikepung dari depan, samping, dan belakang. Sejumlah petinggi Polda Metro Jaya dan Polda Bengkulu ikut dalam pengepungan itu. Para polisi memperingatkan petugas-petugas keamanan KPK untuk tak mencoba menghalangi.

Kabar pengepungan KPK beredar cepat, membuat aktivis dan masyarakat berbondong-bondong menuju Gedung KPK untuk menjadi pagar hidup bagi KPK. Nyaris seribu orang berkumpul di KPK malam itu, siap berhadapan dengan pasukan polisi.

Tak hanya itu, puluhan personel TNI, termasuk pasukan elite antiteror TNI Angkatan Laut, Detasemen Jala Mangkara, ikut mendatangi Gedung KPK untuk membantu. Mereka diberi perintah menjaga KPK.

Saudara kandung Novel Baswedan yang bertugas di TNI AL, Hafidz Baswedan, juga tampak di antara pasukan TNI itu. Ia siap menjaga sang kakak. Melalui surat terbuka, Hafidz menyatakan kecewa dengan Polri yang menurut dia mengkriminalisasi kakaknya. Hafidz mengatakan Novel diteror untuk kerja profesionalnya.

Menjelang tengah malam, setelah tiga jam melakukan pengepungan, polisi akhirnya mundur dari KPK –tanpa membawa Novel. (Simak FOKUS: Penyidik KPK Ditangkap Polisi)

Dua tahun lebih berlalu, Februari 2015, saat Polri dan KPK terlibat ketegangan akibat penetapan tersangka Komjen Budi Gunawan dan penangkapan Bambang Widjojanto, TNI tegas menyatakan tak bakal melibatkan diri dalam perseteruan kedua lembaga penegak hukum itu.

Namun jika diminta Presiden, ujar Panglima TNI Jenderal Moeldoko, TNI siap membantu penyelesaian konflik KPK-Polri melalui operasi damai.

Baca juga Rutan Guntur: Hadiah KPK dan TNI untuk Koruptor (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER