Jakarta, CNN Indonesia -- Detasemen Khusus 88 Antiteror akan memeriksa lima orang yang ditangkap di Bandara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur. Kelimanya diduga akan bergabung dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
Menurut Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal Anas Yusuf, Jumat (15/5), mereka diduga terkait tindak pidana terorisme. Karena itu polisi punya waktu 7 x 24 jam untuk memeriksa sebelum memutuskan untuk menahan atau menetapkan status tersangka.
"Informasi awal dari Densus memang ada indikasi terlibat kelompok teror," kata Anas kepada CNN Indonesia. (Baca juga:
Ngotot Berjuang Bersama ISIS, 16 WNI Enggan Dipulangkan)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lima orang tersebut berasal Tarakan, Kalimantan Utara. Mereka ditangkap di Terminal II Bandara Juanda saat sedang transit sebelum melanjutkan penerbangan ke Penang, Malaysia.
Menurut Anas, mereka diduga akan bergabung dengan ISIS. Namun dari hasil pemeriksaan awal mereka membantah dan mengaku tidak tahu soal ISIS. "Kami masih menunggu Densus untuk memeriksa mereka," ujarnya.
Lima orang yang ditangkap kemarin itu adalah MR, SH, ZTF, AMM, HSL dan AMM. Mereka ditangkap oleh petugas imigrasi berdasarkan dokumen imigrasi yang mereka bawa.
Anas membantah jika mereka masuk dalam daftar buronan Interpol seperti yang diberitakan kemarin. Daftar cekal terhadap lima orang ini memang ada namun berasal dari Badan Intelejen dan Keamanan (Intelkam) Mabes Polri.
Penangkapan warga negara Indonesia yang duga akan bergabung dengan ISIS meruapakan yang pertama kali di Bandara Juanda. Selama ini penangkapan dilakukan petugas di Bandara Soekarno Hatta. Ada pula kasus penangkapan WNI di Bandara Kuala Lumpur, Malaysia atau di perbatasan Turki.
Para WNI yang akan bergabung dengan ISIS di Suriah biasanya memilih rute penerbangan melalui Malaysia menuju Turki sebelum masuk ke Suriah melalui perbatasan. Mereka juga kerap mengajak serta keluarganya termasuk anak-anak mereka yang masih di bawah umur.
(Baca juga: WNI Istri Jihadis Boyong Tujuh Anaknya ke Turki) (sur)