Jakarta, CNN Indonesia --
"Perempuan Indonesia jangan mau diperalat orang Nigeria. Jangan mau diajak kenalan. Mereka menjerumuskan kita untuk jadi budak narkoba."Ungkapan penyesalan itu terlontar dari mulut AN. Saat berbincang dengan media, perempuan berusia 34 tahun itu tampaknya berusaha tegar. Jumat dua pekan lalu ia baru saja ditangkap petugas Badan Narkotika Nasional.
Tak seperti AN, SA yang juga turut dicokok BNN 8 Mei silam, tak dapat membendung air mata dan kekesalannya. "Cewek Indonesia jangan tergiur dengan orang Nigeria, jangan sampai kena," ujarnya sambil menangis, setengah berteriak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua perempuan tersebut kini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Meskipun pengadilan urung digelar, AN dan SA harus menghadapi sangkaan berat. Mengaku hanya bertindak sebagai kurir, mereka terancam hukuman mati karena membawa narkotik golongan satu lebih dari lima gram.
Kepada penyidik BNN, SA menuturkan dirinya merupakan isteri dari seorang lelaki yang kini hidup di Jerman. Dalam kurun waktu tertentu, ia selalu dikirimi suaminya uang. Ia juga mengaku memiliki anak yang saat ini telah berusia 21 tahun.
(Lihat Infografis: Perempuan di Balik Lalu Lintas Narkotik)
Lantas apa yang menjerumuskan SA ke jejaring peredaran barang haram itu? Kepada wartawan, SA mengaku merasa berutang budi kepada K, pria asal Nigeria, yang diduga mengendalikannya sebagai kurir.
"Dia mau kasih uang, katanya Rp 20 juta. Dia selalu baik dengan aku. Kalau anda disuruh, anda pasti mau. Aku utang budi juga sama dia," ujar SA sambil terus menangis dan meringkuk di lantai.
Lebih dari setahun lalu, SA pertama kali berkenalan dengan K di Jalan Jaksa, Jakarta Pusat. Jaksa selama ini dikenal sebagai pusat berkumpulnya warga negara asing di Jakarta. Kepolisian dan BNN tercatat pernah beberapa kali mengungkap peredaran narkotik di daerah ini.
(Baca juga: TKW Hongkong Paling Banyak Terjerat Sindikat Narkotik)Bujuk rayu dan iming-iming imbalan besar juga menjerat AN ke pusaran peredaran narkotik. Baru mengenal pria asal Nigeria berinisial J selama dua bulan, AN sudah mengiyakan tawaran menjadi kurir sabu. Alasannya, AN tergiur upah sebesar Rp 10 juta.
Deputi Pemberantasan BNN Inspektur Jenderal Dedi Fauzi menuturkan, SA mengaku pernah tinggal di Jerman selama 23 tahun. Meski kondisi ekonomi SA tidak buruk, nyatanya ia masih tergoda dengan iming-iming imbalan besar.
Fauzi memparkan, kasus yang menimpa SA dan AN hanyalah bagian kecil dari berbagai kasus yang menjadikan perempuan Indonesia sebagai kurir narkoba.
(Ikuti FOKUS: Perempuan di Balik Lalu Lintas Narkotik)"Bahkan kurir asal Indonesia juga ada yang dikirim ke Thailand, Filipina dan Guangzhou di Tiongkok. Ada yang TKI, ada juga yang bukan TKI," kata Dedi di Jakarta, Selasa (19/5).
Baru-baru ini Polres Jakarta Barat juga mengungkap peredaran narkotik yang melibatkan perempuan Indonesia sebagai kurir. SA, perempuan berusia 20 tahun, ditangkap polisi karena kedapatan membawa tiga jenis narkoba, yaitu sabu, ganja dan esktasi.
Dalam kasus SA, motif ekonomi diduga kuat menjadi pemicu. SA mengaku dipekerjakan oleh seorang pria asal India, yang belakangan menjadi pacarnya.
(sip)