Retno Listyarti Tak Bisa Menulis Selama Jadi Kepala Sekolah
Megiza | CNN Indonesia
Senin, 25 Mei 2015 07:01 WIB
Bagikan:
url telah tercopy
Retno Listyarti memasuki Ruang Guru SMAN 13, Jakarta Utara, Kamis (21/5). Retno kembali mengajar sebagai guru di SMAN 13 setelah jabatannya sebagai Kepala Sekolah SMAN 3 dicopot. (CNN Indoonesia/Megiza)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dicopot dari jabatan Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ternyata tak membuat Retno Listyarti menyesal atas ketegasan yang dia pilih. Selama memimpin sekolah di bilangan Setiabudi, Jakarta Selatan, itu Retno memang dikenal memiliki sikap tegas.
Kini misi untuk membentuk sekolah ramah anak di SMAN 3 yang dikenal dengan prestasi olahraga basketnya itu, diharapkan Retno, dapat diteruskan oleh kepala sekolah yang menggantikannya.
Retno sendiri telah melayangkan gugatan dugaan maladministrasi atas pemberhentiannya sebagai kepala sekolah oleh Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Lewat Ombudsman dan dengan didampingi Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Retno akan terus melanjutkan gugatannya tersebut.
Meski sudah menyiapkan langkah-langkah hukum sembari harus merelakan tak lagi menyandang jabatan sebagai kepala sekolah di depan namanya, Retno mengaku sangat senang dapat kembali menjadi guru biasa. Terlebih, dia dikembalikan sebagai pengajar di SMAN 13 di Koja, Jakarta Utara, sekolah yang selama belasan tahun sudah menjadi rumahnya sebagai pengajar sekaligus tempatnya belajar di masa remaja dulu.
Wanita kelahiran 24 Mei 1970 ini mengatakan belum dapat langsung kembali mengajar siswa SMAN 13, sebab saat ini para siswa telah memasuki masa ujian akhir semester dan tahun ajaran berikutnya baru akan dimulai pada 27 Juli.
Alhasil, sepekan ini Retno masih sering bolak-balik ke SMAN 3 untuk menyelesaikan berkas-berkas murid dan laporan sekolah yang masih membutuhkan bubuhan tanda tangannya.
Mantan Kepala Sekolah SMAN 3 Retno Listyarti membaca buku di ruangan guru SMAN 13, Jakarta Utara. Pasca dicopot sebagai Kepala Sekolah, Retno kini kembali mengajar di SMAN 13, Koja, Jakarta Utara. (CNN Indonesia/Megiza)
Belum mendapatkan jadwal mengajar di SMAN 13 pun tak serta-merta membuat Retno bersantai-santai. Tiap harinya, dia tetap tiba di sekolah sebelum pukul 06.00 WIB, seperti pada saat pertemuannya dengan CNN Indonesia, Kamis (21/5), di SMAN 13, Koja, Jakarta Utara.
Tiba di sekolah mengendarai mobil Avanza hitam, pagi itu Retno datang dan langsung membaur dengan beberapa guru lainnya di ruangan guru.
Sebuah laptop berwarna merah dan buku bacaan diletakkan di hadapan Retno. Di ruangan guru yang cukup besar itu Retno tampak tenang. Tak terlihat raut penuh beban di wajahnya. Padahal dia sadar benar saat ini sedang bersiap menghadapi proses hukum yang cukup panjang.
Retno pun mengisahkan rencananya untuk kembali menulis setelah tak lagi mengemban tugas sebagai kepala sekolah. Dia mengatakan, tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah di SMAN 76 selama sembilan bulan dan di SMAN 3 selama empat bulan, membuatnya tak punya waktu lagi untuk berkarya lewat tulisan.
"Saya mau nulis. Saya memang senang menulis. Selama saya jadi kepala sekolah, saya enggak punya waktu lagi untuk menulis. Saya itu tadinya produktif banget menulis," kata Retno. Hingga saat ini tercatat sudah ada 10 judul publikasi ilmiah yang dihasilkannya.
Tak hanya itu, Retno mengaku menghasilkan 12 artikel dalam satu tahun yang dimuat di media cetak. "Tapi ini (selama menjadi Kepala Sekolah), saya cuma menghasilkan tiga artikel di media cetak," ujarnya, tersenyum.
Bukan hanya menargetkan diri untuk dapat kembali membuat literatur ilmiah, Retno juga berharap dapat meneruskan lagi hobinya seperti saat belum menjadi kepala sekolah. Setidaknya, melahap satu buku dalam waktu satu bulan menjadi kewajiban yang ia tentukan untuk dirinya sendiri.
"Saya dalam satu bulan minimal menyelesaikan satu buku. Sekarang saya sedang menyelesaikan buku ini," kata Retno sambil menunjukkan buku berjudul Kekerasan Simbolik di Sekolah - Sebuah Ide Sosiologi Pendidikan karya Pierre Bourdieu.
Membaca buku pun, ujar Retno, bukan hanya dilakukannya untuk mengisi waktu senggang di sekolah. Dia juga sering menghabiskan waktu dengan membaca buku di sepertiga malam. Setelah salat tahajud, Retno melanjutkan membaca buku sambil menunggu waktu salat subuh.
Pekan pertama kembalinya Retno ke SMAN 13 memang tak dipenuhi dengan pekerjaan. Meski sosoknya banyak disorot media, Retno tak menunjukkan dirinya bak seorang kenamaan di lingkungannya. Luwes, tenang, dan santai, begitu yang terlihat dari sosok Retno di antara pengajar-pengajar di SMAN 13.
Retno Listyarti berbincang dengan dua siswa SMAN 3 di sela menyelesaikan berkas-berkas terakhirnya sebagai Kepala Sekolah, Kamis (21/5). (CNN Indonesia/Megiza)
Saat bertemu dengan CNN Indonesia hari itu, Retno juga sempat mendatangi SMAN 3. Di sana dia menandatangani tumpukan rapor siswa dan laporan keuangan sekolah.
Walau sebagian pelajar menilai Retno sebagai karakter yang keras, namun hal itu tak terlihat ketika dia kembali mendatangi sekolah di kawasan Setiabudi, Kuningan, Jakarta Selatan itu.
Beberapa guru, staf sekolah, hingga Kepala Sekolah SMAN 3 yang baru pun terlihat menyambangi Retno. Saat itu Retno hanya bisa menyelesaikan sisa-sisa tugasnya dari ruangan Wakil Kepala Sekolah. Beberapa kali juga terlihat murid masuk ke dalam ruangan untuk menyapa Retno dengan mencium tangannya. Sedikit perbincangan hangat antara guru dan murid terdengar di sana.
Selain menulis, membaca buku, dan menyelesaikan satu per satu semua sisa tugasnya di SMAN 3, Retno kini kerap mengikuti undangan untuk berpartisipasi dalam pertemuan dengan organisasi-organisasi nonpemerintah, seperti salah satunya yang kala itu dia lakukan bersama Setara Institute. Sebuah riset tentang masalah dunia pendidikan sedang diolahnya bersama guru-guru lain dari luar Jakarta lewat organisasi tersebut.(meg/agk)