Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak akhir pekan kemarin, kepolisian berhasil menangkap empat orang yang diduga bagian dari jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Namun, hingga saat ini polisi belum mampu menangkap pemimpin kelompok teror tersebut, Santoso.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Agus Rianto mengatakan, personel di lapangan selama ini selalu menemui kesulitan yang sama saat hendak melumpuhkan Santoso.
"Lokasi yang menjadi tempat persembunyian mereka cukup sulit dijangkau. Apalagi mereka dikejar sehingga terus bergerak," kata Agus di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (25/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus tak memungkiri, perbedaan kelihaian penguasaan medan antara anggota kepolisian dan anggota MIT. Alasannya, sebagian besar anggota yang direkrut Santoso merupakan warga setempat. Sementara itu, mayoritas anggota Polri berasal dari luar wilayah operasi.
Selain medan yang sulit, Agus menuturkan, doktrin yang diajarkan Santoso kepada para anggota MIT juga merupakan hambatan pengembangan kasus terorisme ini.
Menurutnya, anak buah Santoso yang sudah tertangkap selalu bungkam saat diperiksa penyidik. "Tidak mudah mendapatkan info akurat dari mereka," ujar Agus. (Baca juga:
Daeng Koro dan Santoso: Duet Teroris Paling Berbahaya di RI)
Data terakhir yang dihimpun Polri menunjukkan, kelompok teror yang dipimpin Santoso dan Daeng Koro setidaknya memiliki anggota sebanyak 60 orang. Meski jumlahnya tak signifikan, Agus berkata, dua kelompok ni terus mengupayakan rekrutmen anggota baru.
Santoso tak kunjung tertangkap, selama ini hanya kaki tangannya saja yang berhasil disergap, baik ditembak mati atau ditangkap hidup-hidup. Polisi menurut Agus patut mensyukuri pencapaian selama ini. Pasalnya, penangkapan para anak buah Santoso juga mengurangi kekuatan kelompok itu.
Kemarin petugas kepolisian menembak mati dua orang anak buah Santoso di wilayah Poso, Sulawesi Tengah. Dari tangan mereka petugas mengamankan satu pucuk senjata api laras panjang M16, dua magazen berikut 20 butir peluru 5,56 milimeter dan dua bom rakitan.
Sementara hari ini petugas menurut Kapolda Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Idham Aziz, kembali menangkap dua orang anak buah Santoso di Makassar dan Palu. Penangkapan keduanya merupakan hasil pengembangan penyergapan kemarin.
(sur)