Jakarta, CNN Indonesia -- Senin 12 November tiga tahun lalu. Jakarta masih pagi dan Dahlan Iskan yang kala itu Menteri BUMN berolahraga di Monas. Tentu saja dengan sepatu kets miliknya yang tersohor itu. Sepatu kets yang dipakainya ke mana-mana, baik acara resmi maupun tak resmi.
Melihat tumpukan sampah di Monas, Dahlan yang kelahiran Magetan 17 Agustus 1951 lalu memunguti sampah. Aksi yang kemudian membuat orang-orang yang sedang berolah raga di Monas mengikutinya. “Memungut sampah buka hal memalukan,” kata Dahlan sewaktu itu. Sebelumnya pada Selasa 28 Agustus 2012, pagi-pagi Dahlan pernah membersihkan WC Terminal 2 F Bandara Soekaro-Hatta. Itu dilakukannya seorang diri.
Aksi tersebut bukan kali pertama Dahlan Iskan berlaku eksentrik. Lelaki yang biasa disapa Pak Bos dalam lingkungan media Jawa Pos sudah sering melakukan aksi di luar dugaan saat dia memimpin dan membesarkan koran itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diceritakan bahwa pernah suatu kali dia masuk ke ruang redaksi Jawa Pos di Gedung Graha Pena Surabaya. Diamati ruangan dan dicermati meja masing-masing wartawan di sana. Matanya lalu tertuju pada satu meja yang penuh dengan tumpukan berkas, kertas, atau dokumen tak teratur. Didatangilah itu meja.
Tanpa bicara, Pak Bos lalu menyingkirkan saja semua tumpukan di atas meja. Dibiarkannya morat-marit di lantai. Semua diam. Tak ada yang berani bicara. Pesannya satu, Pak Bos tak suka hal-hal yang tak bersih dan tak rapi.
Pak Bos juga tak suka rokok. Para wartawan yang bekerja di Jawa Pos Grup, merokok sembunyi-sembunyi di tangga darurat. Pernah suatu kali, di Graha Pena Jakarta, ada seorang wartawan tengah merokok di tangga darurat. Pak Bos tiba-tiba membukanya. Sang wartawan lalu lari turun tangga. Pak Bos membuntutinya. Untunglah sang wartawan berhasil membaur di sebuah lantai yang penuh wartawan tengah mengetik. Ketidak sukaan Dahlan Iskan pada rokok juga menurun pada anak laki-lakinya, Azrul Ananda.
Selain soal kebersihan dan ketidaksukaannya pada rokok, Pak Bos adalah orang yang terkenal dengan kerja. Bagi dia, yang penting dan utama adalah kerja, kerja keras, kerja lebih keras dan kerja lebih keras lagi. Jangan terlalu banyak mengeluh. Dari pada mengeluh, lebih baik bekerja. Hanya kerja yang membuat seseorang berhasil baginya.
Prinsip yang dia tularkan kepada orang-orang dekatnya. Hampir seluruh orang yang pernah dibawah “bimbingannya” sepakat dengan itu. Apalagi orang-orang yang ikut serta dengannya untuk membesarkan Jawa Pos menjadi salah satu koran terbesar di Indonesia.
Kerja lah yang memang membuat Dahlan Iskan hingga ke puncak karirnya. Dahlan Iskan dibesarkan di lingkungan serba kekurangan di Desa Kebun Dalam Tegalarum, Kecamatan Bando, Magetan, Jawa Timur. Orang tua Dahlan Iskan Mohammad Iskan dan Lisnaah bukanlah orang kaya, tapi miskin. Dahlan anak ketiga dari empat bersaudara.
(BACA FOKUS: Gardu Induk Setrum Dahlan)Kakak pertamanya bernama Khosyatun, kakak keduanya bernama Sofwati sedangkan yang bungsu bernama Zainuddin. Kedua orang tuanya tidak ingat kapan Dahlan dilahirkan. Dahlan akhirnya memilih tanggal 17 Agustus dengan alasan mudah diingat karena bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia.
Dahlan Iskan disebutkan pernah kuliah di IAIN Sunan Ampel lalu Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya tapi tidak selesai. Langkah penting dirinya hingga menjadi salah satu tokoh utama di industri media Indonesia adalah ketika dia diterima menjadi wartawan Majalah Tempo pada tahun 1976.
Titik baliknya adalah ketika Dahlan melakukan reportase atas terbakar dan tenggelamnya Kapal Tampomas II pada 27 Januari 1981. Kapal itu karam di sekitar Kepulauan Masalembo di tengah perjalan dari Jakarta menuju Sulawesi. Reportase Dahlan banyak diapresiasi dan dianggap sebagai salah satu reportase terbaik di Indonesia soal musibah transportasi.
Saat menjadi reporter di Majalah Tempo, Dahlan Iskan yang punya dua anak ini ternyata menulis di tempat lain. Media sepertinya jadi bisnis di mana Dahlan cocok. Direktur Utama PT Grafiti Pers, Penerbit Tempo yaitu Eric Samola membeli Jawa Pos yang sedang dalam kehancuran. Tak lama, Dahlan Iskan diminta untuk memimpin koran itu.
Dahlan lalu membuat banyak terobosan yang membuat Jawa Pos tumbuh menjadi raksasa media di Indonesia. Pertama dia membuat Jawa Pos terbit pagi, padahal waktu itu Surabaya dikuasai Surabaya Post yang terbit sore. Orang terbiasa baca koran di sore hari. Alasan terbit pagi karena Dahlan ingin orang percaya bahwa Jawa Pos menuliskan berita lebih cepat.
Terobosan lain yang terasa adalah ketika Dahlan merombak koran yang umumnya berukuran 9 kolom menjadi 7 kolom sebagai respons atas krisis moneter 1997. Tujuannya adalah menghemat pengeluaran untuk kertas namun tetap menarik. Ide yang dikopi Dahlan ketika pergi ke Amerika Serikat dan melihat koran USA Today berukuran 7 kolom.
Tidak cukup jelas juga bagaimana Dahlan akhirnya menjadi pemilik utama Jawa Pos menggantikan Eric Samola. Ada yang bilang, dia membeli saham yang dimiliki oleh Eric sehingga jadi pemenang saham mayoritas.
Semua orang yang kenal dekat, awalnya tidak percaya dengan langkah Dahlan Iskan untuk masuk ke dalam pemerintahan dan terjun ke politik. Awal masuknya Dahlan ke lingkaran pemerintahan ketika secara mengejutkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menunjuknya sebagai Direktur Utama PLN pada akhir 2009.
PLN adalah BUMN yang terkenal sebagai sarang korupsi dan perahan politisi. Mungkin SBY menilai, Dahlan memiliki pengalaman mengurusi perkara listrik. Selain sebagai bos Jawa Pos Grup, Dahlan juga merupakan presiden direktur dari dua perusahaan pembangkit listrik swasta, PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya.
Dahlan masuk dan mencoba untuk memperbaikinya. SBY tampaknya terpukau dengan apa yang dilakukan oleh Dahlan saat menjadi direktur PLN sehingga pada 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai pengganti Menteri BUMN yang menderita sakit. Dahlan mengaku terharu begitu dirinya dipanggil menjadi Menteri BUMN karena ia berat meninggalkan PLN yang menurutnya sedang pada puncak semangat untuk melakukan reformasi.
(BACA FOKUS: Gardu Induk Setrum Dahlan)Dahlan tampaknya mengincar yang lebih tinggi. Pada Mei 2014, Dahlan mengikuti konvensi Partai Demokrat untuk mencari calon presiden atau wakil presiden yang akan diusung di Pemilihan Presiden. Saat itu, SBY sebagai ketua umum Partai Demokrat tidak bisa maju lagi sebagai presiden, sedang partai tidak punya kader andal dan mampu dijual untuk bertarung.
Dahlan dengan jargonnya, Kerja, Kerja, Kerja, ikut bertarung melawan salah satunya Dino Patti Djalal Duta Besar Indonesia Untuk Amerika Serikat. Pada 16 Mei 2014 Dahlan dinyatakan sebagai pemenang Konvensi Demokrat tidak diusung juga oleh Demokrat sebagai calon presiden atau wakil presiden. Tidak ada yang tahu jelas alasannya. Dirumorkan bahwa Dahlan Iskan marah dengan SBY karena hal ini.
Bukan berarti Dahlan dengan kerja, kerja dan kerjanya itu tak terkena suara sumbang. Saat menjadi direktur utama PLN, disebutkan bahwa PLN mengalami kerugian Rp 37,6 triliun. Kerugian ini salah satunya salah kelola oleh Dahlan Iskan.
Dahlan dikait-kaitkan dengan dugaan korupsi Pembangunan PLTU Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Embalut - Tanjung Batu, Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur saat dia menjadi pemimpin BUMD Pemprov Kaltim. Nama Dahlan juga dikait-kaitkan soal penjualan aset Pemprov Jatim saat dia menjadi Direktur BUMD PT Panca Wira Usaha Jawa Timur PT (PWU Jatim).
Dari seluruh dugaan itu, akhirnya Dahlan tersengat juga. Bukan dari apa yang dirumorkan sebelumnya, tetapi dari proyek PLN saat di mana dia mengaku tengah melakukan reformasi untuk perbaikan dan perubahan mengantarkan PLN menjadi perusahaan yang profesional.
Dahlan ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi pembangunan Gardu Induk Jawa, Bali dan Nusa Tenggara oleh Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Pada proyek Rp 1,063 triliun kerugian negara
Rp 33,218 miliar. Sengatan tapi belum berakhir. Kini Dahlan juga diperiksa oleh Bareskrim Mabes Polri soal kasus pencetakan sawah 2012-2013 yang dilakukan Kementerian BUMN saat dia menjadi menterinya.
Proses hukum atas Dahlan Iskan masih belum final. Bisa jadi dia bebas karena tidak bersalah, bisa jadi dia bersalah. Tetapi, sangkaan ini tetap menyakitkan bagi orang yang tindakannya membersihkan sampah secara spontan di Monas diikuti oleh banyak orang.