DPR: Cuma Jokowi yang Bisa Selesaikan Kisruh PSSI

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Sabtu, 06 Jun 2015 13:28 WIB
Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Ridwan Hisjam berpendapat hanya Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang bisa menyelesaikan kekisruhan PSSI.
Kantor Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Jakarta. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Ridwan Hisjam berpendapat hanya Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang bisa menyelesaikan kekisruhan Persatuan Sepakbola seluruh Indonesia (PSSI).

"Jusuf Kalla (JK) punya prestasi gemilang dalam hal islah, misalnya islah untuk konflik Aceh, Poso, serta Golkar. Namun, ia gagal melakukan islah untuk PSSI. Berarti ada yang salah. Karenanya, saya pikir hanya Jokowi yang mampu selesaikan masalah ini," kata Ridwan saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (6/6).

Jokowi diminta mulai merencanakan proses pendamaian antara PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Ridwan menilai hal itu sangat diperlukan mengingat Ketua Umum PSSI La Nyalla dan Menpora Imam Nahrawi belum pernah bertatap muka untuk membahas masalah ini. (Baca juga: Sekjen PSSI: FIFA Ingin Temui Presiden Jokowi)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, Ridwan mengatakan pihaknya akan mengundang Nahrawi untuk berdialog dengan Komisi X DPR dalam waktu dekat ini. "Kami mau tahu pemerintah ke mana pasca FIFA memberikan sanksi kepada PSSI. Jangan sampai terkesan Kemenpora ingin lakukan intervensi semata," katanya.

Ia pun mengatakan DPR mungkin saja menggunakan hak interpelasi bila masalah ini masih berlarut-larut. "Kami mau awasi pemerintah, apakah mereka sudah benar menjalankan tugas atau tidak. Namun keputusan untuk menggunakan hak interpelasi tersebut masih menunggu pertemuan dengan Kemenpora," katanya. (Baca juga PSSI: Kalau Kami Korupsi Seperti FIFA, Tangkap!)

Di sisi lain, Ridwan mencurigai adanya konflik pribadi antara La Nyalla dengan Nahrawi. Ia mengatakan persaingan antara Nahrawi dan La Nyalla dimulai ketika Nahrawi menjadi ketua PMII (periode 1991-1992), sementara La Nyalla menjabat sebagai ketua Pemuda Pancasila.

"Biasa, dalam satu daerah ada persaingan antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Selain itu, juga ada persaingan dalam hal memberikan dukungan politik dalam Pilkada. Misalnya, waktu itu La Nyalla dukung Soekarwo, sementara Nahrawi dukung Khofifah saat memperebutkan posisi gubernur Jawa Timur," katanya menjelaskan. (Baca juga: LSM Beberkan Contoh Penyimpangan Anggaran PSSI) (sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER