Jakarta, CNN Indonesia -- Proses rekonstruksi pembunuhan Jopi Paranginangin menyisakan ketidakpuasan dari beberapa perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan beberapa rekan Jopi yang menyaksikan jalannya rekonstruksi hingga usai. Mereka mempermasalahkan jumlah tersangka yang seharusnya lebih dari satu.
Proses rekonstruksi berlangsung Kamis (11/6) pada pukul 13.30 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Dari proses rekonstruksi jelas menunjukkan bahwa ada tersangka lain yang ikut menganiaya sebelum akhirnya Jopi tewas ditusuk.
Salah satu anggota tim kuasa hukum Jopi Alex Hargohernowo menyatakan bahwa seharusnya ada empat tersangka lain yang dihadirkan oleh penyidik Pom AL, sehingga proses rekonstruksi berjalan sesuai dengan apa yang terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami beri apresiasi karena sudah terbuka, tapi saksi-saksi melihat korban tersebut dikeroyok, jadi seharusnya pelakunya tidak hanya satu," ujar Alex kepada wartawan di Kafe Venue, Jakarta Selatan. (Baca juga:
Solidaritas untuk Jopi Bantah Keterangan Kadispen TNI AL)Alex menyatakan bahwa jumlah pelaku yang ada pada kejadian seharusnya segera dilakukan pengembangan oleh penyidik POM AL, agar diketahui bahwa pelaku lain tersebut apakah berasal dari kalangan militer atau dari sipil, selain dari yang sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Lebih lanjut, Alex menyatakan bahwa ada perbedaan keterangan yang disampaikan pada rekonstruksi tadi. Ia menilai bahwa pengakuan pelaku yang mengaku sebagai pelaku tunggal atas tewasnya Jopi bertolak belakang dengan keterangan saksi-saksi yang berada di lokasi pada kejadian penusukan berlangsung. Saksi memastikan bahwa Jopi tewas setelah dianiaya bersama-sama.
Alex menuturkan bahwa hingga kini belum bisa memastikan latar belakang tewasnya Jopi. "Motifnya belum bisa terbuka secara lebar, masih dilakukan pengembangan, karena saksi tidak melihat dengan jelas pelaku lain," ujarnya. (Baca juga:
Aktivis Desak Polisi Buka Identitas Pembunuh Jopi)
Namun, Alex mengatakan bahwa sebelum penusukan terjadi, Jopi dan pelaku oknum TNI AL berinisial JL sempat bersitegang di dalam ruangan kafe, hingga berujung keributan di luar kafe. Ia mengatakan bahwa kurang lebih ada 4 pelaku lain yang terlibat dalam aksi keributan yang berujung penusukan tersebut.
Sebelumnya diberitakan, kuasa hukum Jopi Paranginangin, Ronald Siahaan menyatakan jika kliennya dalam waktu dekat akan merilis buku yang berisi investigasinya tentang kasus korupsi saat Jopi menjadi aktivis di Sawit Watch. Hal tersebut diduga menjadi salah satu faktor Jopi tewas dibunuh.
"Jopi rekan kita aktif investigasi kasus korupsi sawit, harusnya sudah jadi buku di bulan Mei," ujar Ronald. (Baca juga:
Sebelum Tewas, Aktivis Jopi Cerita tentang Sebuah Rumah)
Ronald menyatakan bahwa dua hari sebelum meninggal, Jopi telah melakukan pertemuan dengan Sawit Watch membahas buku yang sedang digarapnya.
(hel)