Pengusutan Tolikara Bisa Lewat Deteksi Selongsong Peluru

Aghnia Adzkia | CNN Indonesia
Senin, 20 Jul 2015 19:56 WIB
Polri melalui inspektorat pun dapat mengawasi pengusutan kasus Tolikara yang dilakukan oleh Polda Papua.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyambangi lokasi kerusuhan di Tolikara, Papua, Minggu (19/7). (Detikcom/Wilpret Siagian)
Jakarta, CNN Indonesia -- Komisioner Komnas HAM Sandra Moniaga mendesak Polri segera turun tangan dalam pengungkapan pelaku penembakan di Distrik Kaburaga, Kabupaten Tolikara, Papua, Jumat (17/7). Menurutnya, pengusutan pelaku dapat dilakukan melalui pendeteksian selongsong peluru yang ditembakkan kepada para korban. Selanjutnya, nomor seri peluru dapat diidentifikasi.

"Kalau Kapolda Papua bilang (pengusutan) sulit, Kapolri harus turun tangan. Kalau Kapolri tidak mau, justru saya akan mempertanyakan," ujar Sandra ketika dihubungi CNN Indonesia, Senin (20/7).

Polri melalui inspektorat pun dapat mengawasi pengusutan kasus tersebut yang dilakukan oleh Polda Papua. "Kenapa sampai kapolda bilang (pengusutan) sulit? Ada apa di sana? Inspektorat bisa mengawasi Kapolda dan bawahannya," ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain menguak pelaku penembakan, kepolisian juga dinilai wajib membongkar pelaku pembakaran dan pelemparan batu. Menurutnya, upaya tersebut merupakan bagian dari penegakan hukum. Setelah ditemukan pelaku dan dalang intelektualnya, maka aparat harus menjatuhkan sanksi pidana yang sesuai.

"Dugaan saya, ada pelanggaran prosedur tetap dalam penembakan," tuturnya. (Baca: Belum Ada Polisi yang Mengaku Menembak pada Insiden Tolikara)

Menurut Sandra, merujuk peraturan kepolisian dalam penanganan aksi, aparat harus terlebih dulu memberikan peringatan sebelum menarik pelatuk senapan.

Jika tak diindahkan maka dapat dapat dilancarkan serangan. "Itu pun tidak menggunakan peluru betul, harus pakai peluru karet," ucapnya.

Cegah Kejadian Serupa

Sandra berpendapat, pengusutan pelaku menjadi langkah awal untuk melakukan pencegahan untuk kejadian serupa terjadi di Distrik Kaburaga itu dan juga wilayah lain. Jika telah ditemukan akar masalahnya, maka dapat dicarikan alternatif pemecahannya.

"Sebenarnya tokoh, bupati, dan kapolda juga sudah datang duduk bersama. Upaya musyawarah harus kita dukung tapi pelaku tindak pidana harus diungkap," ujarnya.

Sandra mengklaim berdasarkan informasi yang ia terima, konflik agama tak pernah terjadi di wilayah Tolikara. Bahkan, banyak pendatang muslim dari Bugis, Buton, dan Jawa, yang telah lama menetap di tanah Papua itu.

"Yang penting, polisi mengungkap secara tuntas kejadian itu sendiri. Kemudian didapat latar belakang masalah, untuk dicari pencegahan," tuturnya.

Penyerangan di sebuah kawasan di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, terjadi bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri oleh umat muslim, Jumat (17/7). Akibat penyerangan, puluhan kios, rumah, dan sebuah musala hangus terbakar.

Berdalih pengamanan, polisi langsung menembak tiga dari 11 orang yang diduga pelaku penyerangan. Endi Wanimbo (15) yang turut dalam penyerangan, meninggal dunia karena luka tembak.

Hingga kini, Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Yotje Mende mengaku pihaknya kesulitan dalam menentukan pelaku penembakan. (Baca: ELSAM: Bukan Perkara Sulit Polisi Cari Penembak Tolikara)

"Anda mungkin bisa mengira ini hal mudah, tapi ketika Anda melakoni, Anda akan merasakan kesulitan untuk membuktikan secara hukum," kata Yotje melalui sambungan telepon, Senin (20/7).

(obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER