Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kepolisian Daerah Tolikara Inspektur Jenderal Yotje Mende mengaku pihaknya kesulitan dalam menentukan pelaku penembakan dalam insiden penyerangan dan pembakaran bangunan di Tolikara, Papua, Jumat pekan lalu.
Sebabnya, menurut Yotje, hingga kini anggota Polri belum ada yang mengakui melepaskan tembakan. Kepolisian pun masih menyelidiki apakah peluru yang menerjang para perusuh dalam insiden ini berasal dari institusinya atau dari TNI.
"Anda mungkin bisa mengira ini hal mudah, tapi ketika Anda melakoni, Anda akan merasakan kesulitan untuk membuktikan secara hukum," kata Yotje kepada media melalui sambungan telepon, Senin (20/7). "Maling juga begitu, sudah tertangkap tangan pun kadang dia tidak berkata jujur akan mengakui perbuatanya bahwa dia sudah mencuri.”
(Baca juga: Dukungan Petisi Usut Tuntas Kasus Tolikara Mengalir Deras)
Yotje juga mengatakan, penyidik yang ditugaskan menyelidiki perkara ini tidak berada di tempat saat kejadian. Karenanya, perlu dilakukan uji laboratorium terhadap proyektil atau selongsong yang ditemukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami perlu kesaksian dan tetap akan memproses ini secara profesional. Saya minta maaf dan meminta publik tidak berasumsi," kata Yotje.
Dalam upaya pengamanan insiden, petugas menembak tiga orang pelaku penyerangan yang tidak mengindahkan peringatan petugas. Lima saksi yang mendengar suara tembakan telah diperiksa untuk mendalami kejadian tersebut.
(Baca juga: Polri Telusuri Dugaan Aktor Intelektual Insiden Tolikara)
Insiden ini berawal dari surat edaran Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang mengimbau warga muslim untuk tidak menggunakan pengeras suara saat melaksanakan Salat Idul Fitri.
Alasannya, lokasi Salat Id hanya berjarak sekitar 250 meter dari tempat dilangsungkannya sebuah seminar internasional yang dihadiri oleh pemuda dari Nias, Sumatera Utara, Papua Barat, Kalimantan (Dayak), Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan diperkirakan mencapai dua ribu orang pemuda GIDI.
Menurut Presiden Sinode Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Dorman Wandikmbo, pihaknya telah mengingatkan umat Islam di Tolikara untuk mematuhi surat pemberitahuan yang telah dilayangkan gereja dua minggu sebelum kegiatan dilangsungkan. (Baca fokus: Damai Terusik di
(sip)