Jakarta, CNN Indonesia -- Peneliti Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) Wahyudi Djafar berpendapat kesulitan kepolisian mencari terduga penembak di Tolikara, Papua tidak masuk akal. Pasalnya, dengan kekuatan yang dimiliki korps Bhayangkara itu, bukan perkara sulit dan bisa dilakukan dengan banyak cara.
"Polisi punya fasilitas untuk melakukan uji balistik, mencocokan peluru dan pistol dan modelnya. Bahkan dalam kondisi kerusuhan besar pun itu bisa dicari (pelaku penembakan)," kata Wahyudi kepada CNN Indonesia, Senin (20/7).
Tak hanya itu, dugaan fakta yang terungkap adanya lima penjaga dari pihak kepolisian seharusnya makin mempermudah polisi menciduk anggotanya yang memuntahkan peluru di kerusuhan Tolikara, saat Lebaran (17/7) lalu. (Baca juga;
Belum Ada Polisi yang Mengaku Menembak pada Insiden Tolikara)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tidak dalam status siaga, namun seharusnya kepolisian dalam hal ini Polda Papua mampu mengantisipasinya, karena penjagaan seharusnya diperketat mengingat hari Lebaran. "Pengamanan kan diseluruh Indonesia diperketat karena Idul Fitri."
Wahyudi pun menyoroti peran intelejen kepolisian yang dianggap kecolongan atas insiden yang menyebabkan satu nyawa melayang, 54 kios dan satu mushala terbakar. Kerusuhan seharusnya bisa ditanggulangi tanpa perlu adanya nyawa melayang. (Baca juga:
Mendagri Tjahjo: Tolikara Tak Terkait dengan SARA)
"Tidak bisa ini disebut masalah SARA, ini kerusuhan yang terlambat ditanggulangi," ujar Wahyudi.
Kepala Kepolisian Daerah Tolikara Inspektur Jenderal Yotje Mende mengaku pihaknya kesulitan dalam menentukan pelaku penembakan dalam insiden penyerangan dan pembakaran bangunan di Tolikara, Papua, Jumat pekan lalu.
Sebabnya, menurut Yotje, hingga kini anggota Polri belum ada yang mengakui melepaskan tembakan. Kepolisian pun masih menyelidiki apakah peluru yang menerjang para perusuh dalam insiden ini berasal dari institusinya atau dari TNI. (Baca juga:
Insiden Tolikara Bukan Hanya Konflik Agama)"Anda mungkin bisa mengira ini hal mudah, tapi ketika Anda melakoni, Anda akan merasakan kesulitan untuk membuktikan secara hukum," kata Yotje kepada media melalui sambungan telepon, Senin (20/7). "Maling juga begitu, sudah tertangkap tangan pun kadang dia tidak berkata jujur akan mengakui perbuatanya bahwa dia sudah mencuri.”
Yotje juga mengatakan, penyidik yang ditugaskan menyelidiki perkara ini tidak berada di tempat saat kejadian. Karenanya, perlu dilakukan uji laboratorium terhadap proyektil atau selongsong yang ditemukan.
"Kami perlu kesaksian dan tetap akan memproses ini secara profesional. Saya minta maaf dan meminta publik tidak berasumsi," kata Yotje. (Baca juga:
Dukungan Petisi Usut Tuntas Kasus Tolikara Mengalir Deras)Dalam upaya pengamanan insiden, petugas menembak tiga orang pelaku penyerangan yang tidak mengindahkan peringatan petugas. Lima saksi yang mendengar suara tembakan telah diperiksa untuk mendalami kejadian tersebut.
(pit)