Jakarta, CNN Indonesia -- "Tidak pernah ada insiden agama, tapi kerusuhan pemuda. Tolikara tidak pernah ada kerusuhan berbau agama, desa saya aman. Bahkan setiap lebaran, kami ikut merayakan," kata Z Towolon, penduduk asli Tolikara, Papua, kepada CNN Indonesia, Kamis (23/7)
Towolom yang genap berusia 50 tahun di 2015 ini adalah seorang asli Papua dari Kabupaten Tolikara. Ia mengatahui detail perkara saat terjadinya insiden yang merenggut satu jiwa, saat itu, saat Jumat (17/7) pagi, saat umat muslim Tolikara bersiap beribadah Ied.
Itu adalah kerusuhan pertama dalam sejarah, sejak Tolikara berdiri menjadi sebuah kabupaten. Bahkan tidak pernah ada isu agama dalam kerusuhan yang memang kerap terjadi, walau dalam skala kecil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masyarakat Indonesia, jangan berpikir di sini tidak damai. Kami Nasrani dan Muslim tidak pernah berantem, kami saling bantu. Jangan lagi banyak berita tidak jelas," katanya.
Di hari kejadian, Towolom menjelaskan, para pemuda mendatangi tempat ibadah muslim untuk berdiskusi, karena akan ada perayaan dari Gereja dalam skala besar, sehingga para pemuda tersebut meminta agar kawan-kawan muslim melaksanakan solat Ied di dalam masjid.
"Karena itu pemuda semua, kan berbeda pemuda dan kami yang tua. Semakin lama-semakin banyak, lalu disitu ada koramil, dan tiba-tiba ada suara tembakan," ungkap Towolom yang telah menjadi pengurus GIDI atau disebut 'Hamba Tuhan' di Gereja sejak kecil.
Mobilisasi benar adanya karena adanya surat edaran dari GIDI, meski kemudian belakangan surat itu tidak resmi karena tidak ditandatangani oleh Presiden GIDI.
Malang yang didapat, kesimpangsiuran itu membuat suasana berjalan lain. Namun, Towolon menegaskan berulang kali, bahwa kerusuhan bukanlah diakibatkan isu keagamaan, tapi murni keributan dan insiden akibat sulutan emosi pemuda.
Dua Tersangka Bukan Jamaah GIDITowolon melanjutkan, sekaligus membenarkan ada dua tersangka yang telah ditangkap yaitu HK dan JW, adalah dua orang pemuda yang disangka menjadi penyulut kerusuhan alias provokator. Namun, ia menegaskan, jika dua tersangka itu bukan berasal dari Jemaah GIDI.
"Saya belum tahu pastinya siapa, tapi itu pemuda, bukan jemaah GIDI. Jadi tidak pernah ada itu Muslim-Nasrani bermusuhan dalam sejarah Tolikara. Ini kerusuhan pemuda."
Terkait pembakaran masjid yang menjadi isu sentral kerusuhan ini tidak pernah terjadi secara sengaja. Pembakaran kios adalah awal mula dikarenakan adanya rentetan senjata dari petugas, yang membuat pemuda masuk ke dalam kios-kios untuk berlindung.
"Dari situlah kemudian para pemuda membakar kios dari dalam karena menghindar dari tembakan, bukan membakar masjid. Kami bisa pastikan itu, mungkin itu merembet, ternyata di belakangnya ada musola"
Ia pun senang, jika memang dua tersangka provokator itu telah ditangkap, dan meminta negara memberikan hukum setimpal jika terbukti bersalah. Towolon adalah warga asli Tolikara, ia tidak sependapat jika desanya dianggap tidak bisa menerima keberagaman dan sering terjadi kerusuhan.
"Saya Towolon, 50 tahun, saya pastikan Tolikara aman, karena sejak dulu Muslim dan Nasrani selalu berteman di Tolikara."
(pit/pit)