Jakarta, CNN Indonesia -- Majelis hakim Pengadilan Tipikor Jakarta memvonis terdakwa penyuap bos PT Pertamina Suroso Atmo Martoyo, Willy Sebastian Lim, dengan hukuman tiga tahun bui. Willy sebagai Direktur PT Soegih Interjaya (PT SI) terbukti menyuap Suroso senilai US$ 190 ribu.
Willy juga terbukti membayarkan biaya perjalanan Suroso ke London dengan fasilitas menginap di Hotel May Fair Radisson sejumlah £ 749,6 serta di Hotel Manchaster senilai £ 149,50.
"Menjatuhkan pidana oleh karena itu pada Willy dengan pidana penjara selama 3 tahun dan denda sebesar Rp 50 juta," kata Hakim John Butar-Butar saat membacakan amar putusan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Willy dianggap tak mendukung upaya pemerintah memberantas korupsi. Ia terbukti melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf b UU RI Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 jo pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 64 ayat 1 KUHP.
Vonis tersebut lebih ringan dari tuntutan jaksa. Sebelumnya, jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menuntut Willy dengan hukuman 4,5 tahun bui dan denda Rp 250 juta. Apabila Willy tak dapat membayar denda maka akan diganti dengan hukuman kurungan selama lima bulan.
Suap bermula ketika Willy ingin Suroso menyetujui The Associated Octel Cimoany Limited (Octel) melalui PT SI menjadi pemasok bensin bertimbal atau Tetraethyl Lead (TEL) untuk Pertamina.
Bensin tersebut digunakan untuk kebutuhan kilang-kilang milik PT Pertamina (Persero) periode bulan Desember 2004 dan tahun 2005. Kejadian bermuka saat tahun 2003, Octel dan Pertamina membuat perjanjian kerja sama dalam bentuk Memorandum of Understanding (MoU) tanggal 2 Mei 2003.
MoU menyepakati pembelian TELdilakukan pada 2003 hingga maksimal September 2004 dengan harga US$ 9.975 per metrik ton. Namun pada saat yang bersamaan, Indonesia mencanangkan program bensin tanpa timbal per 31 Desember 2004 dan target program dilakukan menyeluruh pada tahun 2005.
Selanjutnya, Willy memerintahkan Muhammad Syakir (Direktur PT SI) menyampaikan kepada Miltos Papachristos (Regional Sales Director Octel) terkait aksinya untuk memperlambat proses penandatanganan Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Negara Kelestarian Lingkungan Hidup, dan Menteri Keuangan terkait program tersebut.
Di sisi lain, Willy mencari cara agar bensin dengan timbal dapat digunakan. Alhasil, Willy mengusahakan penggunaan Plutecon sebagai oktan alternatif. Rupanya, alternatif tersebut dikuti permintaan imbalan sejumlah uang untuk pejabat Pertamina dengan alasan perusahaan lain pemasok Plutecon kepada Pertamina melakukan pemberian imbalan yang sama.
Di tengah persaingan bisnis pemasok kilang minyak, rupanya perusahaan lain, TDS Chemical Co. Ltd menawar harga yang lebih murah yakni US$ 9.250 per metrik ton. Pihak Willy dan rekannya pun mencari alternatif untuk mempertahanankan perusahaan Octel - pada tahun 2006 berubah menjadi Innospec— agar tetap menjadi pemasok utama, alih-alih perusahaan lain.
Alhasil, Willy menego Suroso. Akhirnya, PT Pertamina menurunkan harga menjadi US$ 9.250 per metrik ton untuk PT SI. Namun, PT SI selaku agen dari Octel menolak untuk menurunkan harga yang diminta PT Pertamina. Harga tersebut sama dengan harga yang ditawar TDS Chemical. Octel pun tetap meminta Pertamina untuk membayar dengan harga awal yakni US$ 9.975.
Pada November 2004, Willy bertemu Suroso dan meminta pengiriman bensin dengan timbal sejumlah 450 metrik ton dengan harga US$ 11 ribu per metrik ton untuk pesanan yang diterima seblum akhir tahun 2004.
Suroso menyetujui dengan syarat terdakwa (Willy) memberi fee sebesar US$ 500 per metrik ton. Willy pun sepakat.
Suroso disebut menerima duit hingga US$ 225 ribu. Jika kerja sama berlangsung hingga tahun 2005, maka Suroso dijanjikan komisi tambahan.
Terkait perpanjangan, Suroso membuat memo dengan terkait harga pembelian TEL atau bensin dengan timbal senilai US$ 9.975 per metrik ton dengan total pembelian 455,20 metrik ton pada tanggal 17 Desember 2004.
Atas memo Suroso, Direksi PT Pertamina menyetujui proses pengadaan TEL. Setelah kesepakatan, harga melonjak menjadi US$ 10.750 metrik ton dengan kuota pembelian 446,4 meterik ton. Total duit pembelian bensin yakni US$ 4,7 juta. Willy juga disebut menerima komisi enam persen dari total penjualan US$ 276,5 ribu dan komisi US$ 300 ribu.
Untuk memenuhi kebutuhan TEL di kilang Pertamina, Octel menjadi pemasok TEL yang disetujui Suroso dengan rincian US$ 10.750 per metrik ton untuk total 307 metrik ton sesuai memo tanggal 17 Februari 2005. Selain itu, perusahaan tersebut juga menjadi pemasok sebanyak 287 metrik ton dengan harga US$ 10.750 dengan total 286 metrik ton melalui memo pembayaran tanggal 6 April 2005.
Pada pembelian selanjutnya pada tanggal 20 April 2005, Pertamina membeli 704 metrik ton TEL seharga US$ 7.568 per metrik ton. Kemudian, Pertamina membeli kembali TEL melalui PT SI kepada Octel sebanyak 1.224 metrik ton dengan harga satuan US$ 10.750. Terakhir, pembelian sebanyak 1.332,59 metrik ton senilai US$ 14.325 pada 5 September 2005.
(hel)