Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) telah menyampaikan teguran sekaligus peringatan kepada Menko Kemaritiman Rizal Ramli. JK mengatakan pernyataan Rizal yang mengajak melakukan diskusi terbuka dengannya ihwal pembangunan mega proyek 35 ribu MW tak etis.
JK mengingatkan setiap Menteri Kabinet Kerja sudah seharusnya menunjukan etika santun dan pola pikir yang baik. "Artinya (menteri) harus kembali disiplin, menteri itu harus punya etika," kata JK sebelum meninggalkan kantornya, Jakarta, Rabu (19/8) malam.
JK mengatakan teguran ini sudah disampaikannya siang tadi, Rabu (19/8) saat menggelar Sidang Kabinet bersama Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta. Guna menstabilkan situasi politik akibat percikan konflik internal ini, sehari sebelumnya, Menkopolhukam Luhut Pandjaitan memimpin rapat dengan tiga Menko Kabinet Kerja lainnya, Menko Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menko Kemaritiman Rizal Ramli, dan Menkoperekonomian Darmin Nasution dengan hasil menyepakati pola komunikasi dan koordinasi yang intensif lintas kementerian.
Sepekan belakangan, Rizal Ramli yang baru seminggu dilantik oleh Presiden Jokowi menghangatkan suasana politik. Beberapa komentarnya di media memancing teguran dari internal pemerintahan. Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Dewan Pertimbangan Presiden pun pernah menegur Rizal lantaran komentarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Rizal mengkritik mengenai program pemerintah yang dinilainya tak realistis diantaranya pembangunan mega proyek 35 ribu MW dan pembatalan rencana pembelian pesawat Airbus 350 oleh Garuda Indonesia.
Rizal Akui Perdamaian
Secara terpisah Rizal mengaku telah 'berdamai' dengan JK pada saat Sidang Kabinet Paripurna usai. "Sudah salam-salaman (dengan Wapres) kok. Kalau salaman mah enggak ada masalah," ujar Rizal di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (19/8).
Rizal bercerita, adegan bersalaman antara dia dan JK dilakukan langsung di depan Presiden Jokowi.
"Di depan Presiden, salaman begini. Habis Sidang Kabinet. Habis itu ada Pak JK, saya salaman, 'hei Pak JK apa kabarnya?' (JK menjawab), 'bagus'. Jadi harus dilihat, ini bagian dari transformasi. Itu jurus rajawali ngepret," kata dia.
Sebelum menjawab pertanyaan itu, Rizal memang sempat berbincang dan bercanda dengan sejumlah pemimpin redaksi dari beberapa media. Mereka semua bercanda tentang jurus yang dinamai oleh kalangan mereka sebagai jurus rajawali ngepret.
Menurut penjelasan Rizal dengan nada bercanda, jurus ini membawa angin yang lebih kencang dari luar agar terjadi perubahan di dalam. Hal ini, ucap dia, sesuai dengan teori perubahan yang menyebutkan agar segala sesuatu harus mengalami perubahan agar tidak terbuai dengan kenyamanan.
"Kita perlu kepret sedikit, setelah itu kita konsolidasi. Di manapun saya berada, shock therapy dulu, kepret dulu," kata dia seraya tertawa.
Rizal pun menceritakan keberhasilan jurusnya rajawali ngepret ketika menjadi Kepala Perum Bulog. Ia mengklaim, kala itu dirinya sukses memindahkan pejabat-pejabat yang 'bermain di daerah basah' ke 'daerah kering' dan sebaliknya.
"Begitu saja, langkah itu kita menghemat Rp 1,5 triliun. Dari satu langkah itu saja, pesawat Sukhoi Indonesia yang pertama, ingat enggak? Itu yang dari kita hemat. Tekniknya itu selalu kalau kita ingin mengubah sesuatu, revolusi mental, kita kepret dulu," ujar dia.
Selesai bercerita panjang lebar soal jurusnya itu, Rizal berkata kepada para wartawan, "tapi jangan terlalu diramaikan. Begitu saja kok."
Rizal pun menilai yang penting seluruh komponen bangsa harus tahu bahwa Indonesia memerlukan perubahan dan transformasi yang menjadi bagian dari revolusi mental.
Ketika ditanya apakah ia mendapatkan pesan dari JK, Rizal tak mau berkomentar. "No comment. Cukup," kata dia.
(pit)