Jakarta, CNN Indonesia -- Pasrah, itulah yang dirasakan Warga Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, saat ini. Setelah kawasan Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, rata dengan tanah, penggusuran juga akan dialami warga yang hidup Bukit Duri tidak lama lagi.
Tak beda jauh dengan dengan nasib warga Kampung Pulo, ratusan warga Bukit Duri harus pindah.
Adalah Iwan (65), merupakan salah satu yang harus angkat kaki. Pria asal Banten, itu berkeluh sudah siap jika harus terkena penggusuran oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Karena baginya, isu penggusuran di kawasan Bukit Duri bukanlah hal baru. Pembicaraan dan desas-desus mengenai penggusuran diakui sudah ada sejak puluhan tahun silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya kalau sudah waktunya mau ngapain lagi. Dari tahun 1970-an itu sudah ada kabar mau digusur, tapi baru sekarang ini (berjalan). Kalau udah ada pemberitahuan ya mau bagaimana lagi," kata Iwan saat ditemui CNN Indonesia di Bukit Duri, Jakarta Selatan, Sabtu (22/8).
Ayah dari dua anak itu mengaku sudah lama tinggal di kawasan Bukit Duri yang berbatasan langsung dengan Sungai Ciliwung dan bersebrangan langsung dengan kawasan Kampung Pulo. Rumah dua lantai yang ia miliki diisi bersama seorang istri dan anaknya.
Iwan menyadari kesalahannya dan mengaku tak memiliki sertifikat hak milik atas rumah yang telah ia huni di Bukit Duri sejak 1970 silam. Meski pembayaran rutin air dan listrik selalu rutin ia tunaikan tiap bilannya. Bahkan Iwan juga rutin membayar iuran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) kepada pemerintah setiap tahun berulang.
Merasa hidup di atas tanah yang legal, segala kewajiban pembayaran atas rumahnya selalu Iwan penuhi. Hanya ketiadaan sertifikat membuatnya dihantui sebagai penghuni ilegal bantaran kalo
"Rutin saya bayar iuran. Tapi tahu memang kalau mau digusur. Kalau sudah waktunya nanti, melawan juga sudah tidak ada gunanya. Ya, pasrah saja lah," keluh Iwan.
Pria yang pernah bekerja di salah satu perusahaan kontraktor itu berharap Pemprov DKI Jakarta dapat memberi kompensasi yang adil bagi warga Bukit Duri, jika nanti mereka digusur.
Bukan soal untung rugi, tapi kompensasi berupa tempat tinggal baru wajib diberikan untuk ia dan warga lain, karena ia enggan terlantar bersam anak istrinya. Hingga sekarang ia mengaku belum tahu lokasi mana yang akan menjadi tempat tinggal barunya nanti.
"Ya kalau bisa sih ada uang pengganti, pasti berharap. Tapi kalau tidak bisa, ya dapat rusun (rumah susun) lah setidaknya," katanya.
Wacana Tak Kunjung TibaRencana penggusuran warga di kawasan Bukit Duri telah ada jauh sebelum Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memimpin Jakarta. Namun, baru di masa kepemimpinan Ahok lah wacana tersebut hidup kembali.
Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Perumahan dan Gedung bahkan sudah mengeluarkan pernyataan akan menggusur ratusan warga di Bukit Duri, pekan depan. "Berikutnya Bukit Duri, Jakarta Selatan. Sedang kami persiapkan. Mungkin minggu depan," kata Kepala Dinas Perumahan dan Gedung DKI Jakarta Ika Lestari Aji, Kamis (20/8) lalu.
Namun, informasi rencana penggusuran oleh Pemprov DKI Jakarta diakui Iwan belum sampai di telinga warga Bukit Duri. Seingatnya, pembicaraan mengenai penggusuran Bukit Duri sudah lama tidak dibicarakan lagi oleh warga dan pejabat pemerintah setempat.
"Wah sudah lama banget itu tidak dibicarakan rencana penggusuran. Paling nunggu Kampung Pulo beres dulu ya. Tapi akhir-akhir ini nggak ada tuh pengumuman lagi kapan kita digusur dari Kelurahan," ujarnya bercerita.
Iwan berharap sosialisasi waktu penggusuran dapat segera diberikan Kelurahan Bukit Duri. Jika sudah ada pengumuman, ia mengaku pasrah dan siap dipindahkan ke tempat tinggal baru. Bahkan, Iwan juga siap memindahkan sekolah anaknya ke lokasi dekat tempat tinggal baru kedepannya.
"Mungkin akan dipindah juga sekolah anak saya nanti. Tapi kalau bisa diumumin lah (waktu penggusuran). Kalau sudah ada ya kita siap-siap," ujarnya.
Banyak hal yang akan dirindukan Iwan dari Bukit Duri. Kekhawatiran tak akan bertemu sahabat-sahabatnya pasca penggusuran juga ia rasakan, persis sama dengan warga Kampung Pulo.
Rindu tersebut akan terus dipupuk, dan dituai saat Iwan dan warga Bukit Duri berpindah beberapa saat lagi dan tetap menjaga silaturahmi, karena kenangan tak akan pernah lekang.
(pit)