Jakarta Dijejali 500 Hingga 700 Kendaraan Baru Setiap Hari

Suriyanto | CNN Indonesia
Jumat, 28 Agu 2015 06:41 WIB
Tingginya penambahan jumlah kendaraan baru ini membuat upaya pembenahan transportasi di Jakarta kurang terlihat.
Pemandangan Kemacetan Jalan Protokol dilihat dari sebuah ruangan kantor, Jakarta, Kamis, 5 Februari 2015. Berdasarkan survei Magnatec Stop-Start Index, Jakarta dinobatkan sebagai kota termacet di dunia. Rata-rata terdapat 33.240 kali proses berhenti-jalan pertahun kendaraan yang terjebak macet di Jakarta. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Upaya pembenahan sistem transportasi di DKI Jakarta kalah dengan laju pertumbuhan kendaraan pribadi. Dalam catatan Dewan Transportasi Kota Jakarta, dalam sehari ada penambahan 500 hingga 700 unit kendaraan baru di ibu kota. Sementara kendaraan yang melintasi jalanan Jakarta bisa mencapai angka 7 juta unit kendaraan.

Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta Ellen SW Tangkudung mengatakan, tingginya pertumbuhan kendaraan pribadi setiap harinya ini membuat penataan transportasi Jakarta seperti tak terasa.

Padahal Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menurutnya sudah punya rencana induk transportasi. "Rencana induk itu sudah disesuaikan dengan tata kota," kata Ellen kepada CNN Indonesia, Kamis (27/8). (Baca juga: Mari Berkaca ke Semrawutnya Jalanan Ibu Kota)

Rencana induk itu mencangkup seluruh moda yang dikembangkan Pemprov DKI Jakarta dari mulai MRT, LRT hingga kereta rel listrik dan TransJakarta. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semua diatur untuk menjangkau kebutuhan mobilitas warga. Namun sayangnya tahapan pengembanganya terkesan lamban tak mampu mengimbangi kebutuhan warga. Mobiilitas warga ibu kota yang sangat tinggi membuat mereka lebih mengandalkan kendaraan pribadi, baik sepeda motor maupun mobil pribadi. (Baca juga: Pukulan Telak, Jakarta Kota Termacet di Dunia)

Ellen mengatakan, separuh lebih jumlah perjalanan warga Jakarta saat ini masih mengandalkan kendaraan pribadi. Warga lebih memilih menggunakan kendaran pribadi karena lebih bisa diandalkan.

Jumlah ini masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan Singapura. Di negara tetangga itu, hanya 20 persen perjalanan warganya yang menggunakan kendaraan pribadi.

Menurut Ellen, angkutan umum di Jakarta saat ini tak bisa diandalkan. Bagi masyarakat urban seperti Jakarta, waktu adalah hal yang sangat penting.

Masalahnya, kata Ellen, angkutan publik di Jakarta punya masalah pada waktu, baik waktu tunggu maupun waktu perjalanan. "Yang sudah lebih baik mungkin KRL karena bisa dipantau dengan aplikasi telepon pintar," kata Ellen.

Sementara angkutan serupa KRL seperti LRT dan MRT masih dalam proses pembangunan sampai saat ini. (Baca juga: Tujuh Juta Kendaraan Berkutat di Jakarta Setiap Hari)

Angkutan berbasis bus, TransJakarta juga menurut Ellen kurang bisa diandalkan karena jalurnya masih jadi satu dengan kendaraan lain yang kerap menerobos jalur busway.

Hal ini membuat jumlah penumpang TransJakarta tak mengalami peningkatan. Menurutnya jumlah penumpangnya TransJakarta saat ini masih pada angka 350 ribu. Mau tidak mau, Pemprov DKI Jakarta harus menambah jumlah armada TransJakarta dan menyeterilkan jalurnya jika ingin meningkatkan jumlah penumpang.

"Setidaknya bus bisa melintas lima menit sekali," kata Ellen.

Upaya lain yang bisa ditempuh adalah dengan memaksimalkan KRL yang melayani wilayah Jabodetabek. Ellen mendukung target operator yang saat ini baru mengangkut 900 ribu penumpang menjadi 2 juta penumpang.

Selain menambah jumlah armada, Ellen berharap pemerintah bisa terus menambah jumlah jalur kereta terutama menghilangkan jalur sebidang. (sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER